Mohon tunggu...
Andriani Sariwardani
Andriani Sariwardani Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Ilmu pendidikan(manajemen Pendidikan)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Rinduku

11 April 2024   10:00 Diperbarui: 11 April 2024   10:05 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Malam ini kumandang Tabir terdengar bersautan. Aku memandang halaman yang penuh dengan daun - daun kering yang berserakan. Aku belum sempat membersihkannya karena baru tiba magrib tadi. Aku baru saja membereskan dalam rumah yang penuh debu. aku sampai belum sempat membeli bahan makanan buat besok. Dan malam ini aku hanya makan mie instan yang ku bawa dari Jakarta.

Tiba - tiba aku dengar ponselku berdering, tanda ada panggilan masuk. " Assalamualikum, mba " , Sapaku, setelah aku melihat gambar mba Ita diponselku.

" Walaikumsalam, Dik udah sampai? Aku ini kena macet jadi paling jam 22.30 baru sampai. Mba juga bareng mba Ria. Mba Susi, mba Ati dan mba Eni naik kreta besok subuh baru sampai. " Jelas mba Ita. 

" Iya mba. Baru sampai tadi magrib. Aku baru bereskan rumah saja, mba. Belum sempat membereskan halaman. Besok pagi sebelum sholat Id aku bereskan." , Jelasku sambil mengambil air dari kulkas. 

" Ada berita dari Mas Dedi? Aku kemarin hubungan ga aktif hape nya. Mudah - mudahan kita bisa kumpul ya. Sudah lima kali lebaran kita tidak pernah kumpul. Ya semenjak ibu meninggal. " Harap mba Ita.

" Iya mba, aku juga pingin tahun ini lengkap kumpul. Walaupun aku hanya sendiri. Karena suami dan anak - anak lagi umroh hadiah suamiku menjadi karyawan terbaik tahun lalu." Aku pun berharap.

" Lho kamu sendiri to. Aku juga sama Ajeng aja. Suamiku dan Furi pulang kampung ke keluarganya mas Gafur. " Jelas mba Ita. 

Tak lama kemudian terdengar bunyi pintu diketuk. Aku mohon ijin mba Ita untuk membukakan pintu, tetapi mba Ita malah meminta untuk mengakhiri pembicaraan kami di ponsel. Setelah mematikan ponselku, aku berjalan menuju pintu depan. 

"Assalamualaikum." , Terdengar suara perempuan mengucapkan salam.

" Walikumsallam.", Jawabku. 

Pas pintu terbuka aku melihat mba Rinta dan kedua anaknya berdiri di depanku.

"Bulek, aku kangen." Ucap kedua keponakannku sambil memeluk ku. 

"Bulek juga kangen." Timpalku.

" Aku ga dikangenin nih.", Tegur mba Rinta.

" Kangen semua donk."

Kedua ponakanku menarik tanganku menuju dalam rumah. Kulihat mas Dedi sedang sibuk menurunkan koper dari atas mobilnya.

"Kalian sudah makan?  Bulek juga baru datang jadi belum sempat belanja dan masak nih. ", Jelasku.

" Ga usah repot, Dik. Mba bawa rendang dan lontong. Mudah - mudahan lontongnya masih bisa dimakan ya. " Jawab mba Rinta.

" Alhamdullilah. Mana Mba biar aku periksa. Mudah - mudah ga basi ya. ", Jawabku. 

Aku membuka tempat bekal mba Rinta. Dan kulihat bahwa rendang dan lontongnya baik - baik saja. Aku segera menghidangkan Rendang dan lontong itu di meja makan. kusiapkan piring dan air minum juga beberapa minuman ringan.

Pada saat kami menikmati malam takbiran dengan memasang kembang api di halaman, tiba - tiba ada mobil berhenti di depan rumah, turunlah mba Ita dan Ajeng, dan juga mba Ria sambil membawa koper masing - masing. Kami segera menyambut mereka dengan penuh suka cita.

Sementara anak - anak melanjutkan acara kembang api mereka, kami para orang tua mengobrol di ruang tamu. Mba Ita mengeluarkan kue - kue yang dibawanya. Tak lama kemudian terdengar suara becak berhenti di muka rumah. Kami segera menghampiri becak tersebut. Ternyata mba  Susi, mab Atik, dan mba Eni yang datang dengan tiga becak. 

Kami saling berpelukkan dan melepakan rindu sambil berbincang - bincang. Aku segera menuju dapur untuk memanaskan bawaan mbayu - mbayuku. Alhamdulillah lebaran tahun ini kami lengkap berkumpul. Setelah selesai semuanya, aku menuju kamar untuk tidur, karena kulihat mbayu, masku dan keponakanku semua sudah terlelap. Ada yang tidur di ruang tamu, ada yang di ruang keluarga ada juga yang tidur di kamar. Aku memilih tidur di kamar mami dan papi. Karena aku ingin mengenang mereka.

Tak lama kemudian, saat aku duduk ditepi ranjang, aku melihat foto kusam yang terpajang di dinding kamar. Gambar papi mengenakan pakaian tentaranya lengkap dengan tanda jasanya. Aku melihatnya sambil tersenyum, teringat saat aku akan pergi ke Jakarta, papi mengantarku ke stasiun dan sebelum kereta tiba, papi sudah ijin untuk pulang. aku tau kenapa papi tidak menungguku sampai berangkat, karena papi tidak mau menangis saat aku pergi. 

Aku segera beranjak ke kamar mandi dan mengambil air wudhu. Aku segera sholat Isha yang aku tadi lupa melakukannya. Saat aku sholat, tak terasa aku meneteskan air mata. Ya Allah aku rindu saat papi membangunkan kami untuk saur dan santapan saur selalu papi yang membuatkannya.Dan sat lebaran seperti sekarang ini, papi selalu membangunkan kami untuk sholat Id di alun - alun. Saat ini sangatlah aku rindukan. Selesai sholat, aku membacakan surat Alfateha untuk papiku. Aku sangat dekat dengan papiku ketimbang dengan mamiku. 

Aku terlelap diatas sejadahku dan terbangun saat ada tangan mungil mengelus pipiku, aku membuka mataku. Kulihat gadis kecil membawakan ku mukena baru yang masih dibungkus plastik dan diberikan pita. Aku tersenyum dan menyapanya.

" Assalamualikum cantik, ini buat bulek ya. " , Sapaku. Gadis itu mengangguk dan memulai bicara, 

" Kok bulek tidur di sini? " Tegurnya. 

" Iya, bulek ketiduran di sini. Indah udah sholat subuh? " Tanyaku,

" Sudah, aku juga sudah mandi. Sebelum sholat Subuh aku mandi dulu." Jelasnya.

" Ya udah, bulek mau mandi dan sholat Subuh. Nanti kita juga siap - siap sholat Id. " Penjelasanku. aku segera menuju kamar mandi.

Jam 06.00 kami sudah siap - siap menuju alun - alun untuk sholat Id. Tiba - tiba aku meneteskan air mata kembali. Aku teringat sat itu papi sudah siap di atas mobilnya, menunggu kami. Sekarang mas Dedi yang melakukan itu. Dan mas Dedi sangat persis banget sama papi. 

Mas Dedi melihat aku dan tersenyum, 

" Doain aja papinya, kita tau kok kamu kangen papi, semuanya juga kangen kok. " Cetus mas Dedi sambil tersenyum.

Setelah sholat Id kami langsung ke makam mami dan papi. Di makam mami kami berdoa dan menaburkan bunga. Setelah itu menuju makam papi. Memang jarak makam mami dan papi lumayan berjauhan. Mami dimakamkan di Pemakaman keluarga besar. dan papi dimakamkan di Taman Makam Pahlwan. 

Setibanya di makam papi kami segera berdoa, disela - sela doaku kusisipkan kata - kata,

"Papi yang tenang ya. Kita semua udah sukses kok. Kami sudah memetik hadiah dari jatuh bangunnya dulu kami rintis. Semoga kami tetap menjadi pribadi yang sudah papi bentuk untuk tetap merunduk walaupun kita sudah di atas langit. Jangan kawatir ya, Pi. Ade tetap menempatkan papi di hati Ade. Setiap langkah Ade selalu diatas nasehat - nasehat papi. Teriam kasih ya Pi. Ade sudah sampai di titik dimana Ade bisa berdiri di atas kaki Ade sendiri." Ungkapan isi hati aku. 

" Terima kasih ya, Allah. Engkau sudah memberikan aku orang tua yang baik dan selalu menjadi teladan bagi kami. Tempatkan mereka di tempat yang paling indah, Ya Allah.", Akhir doaku sambil mencium nisan papi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun