"Bulek, aku kangen." Ucap kedua keponakannku sambil memeluk ku.Â
"Bulek juga kangen." Timpalku.
" Aku ga dikangenin nih.", Tegur mba Rinta.
" Kangen semua donk."
Kedua ponakanku menarik tanganku menuju dalam rumah. Kulihat mas Dedi sedang sibuk menurunkan koper dari atas mobilnya.
"Kalian sudah makan? Â Bulek juga baru datang jadi belum sempat belanja dan masak nih. ", Jelasku.
" Ga usah repot, Dik. Mba bawa rendang dan lontong. Mudah - mudahan lontongnya masih bisa dimakan ya. " Jawab mba Rinta.
" Alhamdullilah. Mana Mba biar aku periksa. Mudah - mudah ga basi ya. ", Jawabku.Â
Aku membuka tempat bekal mba Rinta. Dan kulihat bahwa rendang dan lontongnya baik - baik saja. Aku segera menghidangkan Rendang dan lontong itu di meja makan. kusiapkan piring dan air minum juga beberapa minuman ringan.
Pada saat kami menikmati malam takbiran dengan memasang kembang api di halaman, tiba - tiba ada mobil berhenti di depan rumah, turunlah mba Ita dan Ajeng, dan juga mba Ria sambil membawa koper masing - masing. Kami segera menyambut mereka dengan penuh suka cita.
Sementara anak - anak melanjutkan acara kembang api mereka, kami para orang tua mengobrol di ruang tamu. Mba Ita mengeluarkan kue - kue yang dibawanya. Tak lama kemudian terdengar suara becak berhenti di muka rumah. Kami segera menghampiri becak tersebut. Ternyata mba  Susi, mab Atik, dan mba Eni yang datang dengan tiga becak.Â