Mohon tunggu...
Saris D Pamungki
Saris D Pamungki Mohon Tunggu... Wiraswasta - Menulis Dan Merekam Lewat Visual

Beda Tapi Tak Sama dan sendiri nyali teruji, dua kata buat penyulut semangat diri

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

60 Kilometer

18 November 2018   01:51 Diperbarui: 18 November 2018   09:44 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari kejadian kecil itu, kuputuskan untuk berhenti dan menepi. Sudah separo lebih perjalananku nuju kampung halaman yang berjarak sekitar 60 kilometer dari titik awal kunyalakan motor ini.

Saat menepi, biasa kugunakan menghisap sebatang rokok yang kutaruh di saku depan (tas ransel). Cukup satu saja, sembari beristirahat dan atur nafas.

Seringkali di tengah jalan aku menikmatinya walau sebatang, disertai mata yang tak mau terpejam merekam lalu lalang kendaraan juga akal pikiran yang kayaknya butuh lemari es buat mendinginkannya. Di jalanan aku ditempa, ditunjukkan beragam kebesaran Tuhan dan dihadapkan ujian dengan bermacam kejadian yang tentunya kita tak kuasa menentukan.

Malam yang kulalui hari ini cukup banyak menyita ruang berfikir utama. Sebelum berangkat tadi, sisi luar alam berfikirku sudah dipenuhi oleh keinginan memproduksi sebuah dokumenter esok hari, sekalinya ada kejadian seperti ini agak buyar keutamaan rencana itu bertengger pada posisinya.

Dari beberapa kejadian yang tak disangka tersebut, ternyata meneguhkan bahwa suatu rencana atau masalah hanya bisa bertahan sebentar saja, dengan kata lain kita kudu berani memberi jeda waktu hanya 5 menit lamanya, biarlah Tuhan yang urus setelahnya.

Tapi, sekali lagi kita dicipta dari unsur yang lekat dengan sifat buruk, maka sangat rentan berkawan dengan prasangka jelek lebih dulu.

Hummm...manusia....manusia, ahhh..sudahlah

Hampir 15 menit, telah tiba saatnya sebatang rokok ini tuntas, aku lanjutkan perjalanan pulang menuju rumah dunia yang belum tentu aku idamkan. Akherat lah sebenar-benarnya rumah kita

(Catatan Perjalananku, PP 60KM)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun