Dari kejadian kecil itu, kuputuskan untuk berhenti dan menepi. Sudah separo lebih perjalananku nuju kampung halaman yang berjarak sekitar 60 kilometer dari titik awal kunyalakan motor ini.
Saat menepi, biasa kugunakan menghisap sebatang rokok yang kutaruh di saku depan (tas ransel). Cukup satu saja, sembari beristirahat dan atur nafas.
Seringkali di tengah jalan aku menikmatinya walau sebatang, disertai mata yang tak mau terpejam merekam lalu lalang kendaraan juga akal pikiran yang kayaknya butuh lemari es buat mendinginkannya. Di jalanan aku ditempa, ditunjukkan beragam kebesaran Tuhan dan dihadapkan ujian dengan bermacam kejadian yang tentunya kita tak kuasa menentukan.
Malam yang kulalui hari ini cukup banyak menyita ruang berfikir utama. Sebelum berangkat tadi, sisi luar alam berfikirku sudah dipenuhi oleh keinginan memproduksi sebuah dokumenter esok hari, sekalinya ada kejadian seperti ini agak buyar keutamaan rencana itu bertengger pada posisinya.
Dari beberapa kejadian yang tak disangka tersebut, ternyata meneguhkan bahwa suatu rencana atau masalah hanya bisa bertahan sebentar saja, dengan kata lain kita kudu berani memberi jeda waktu hanya 5 menit lamanya, biarlah Tuhan yang urus setelahnya.
Tapi, sekali lagi kita dicipta dari unsur yang lekat dengan sifat buruk, maka sangat rentan berkawan dengan prasangka jelek lebih dulu.
Hummm...manusia....manusia, ahhh..sudahlah
Hampir 15 menit, telah tiba saatnya sebatang rokok ini tuntas, aku lanjutkan perjalanan pulang menuju rumah dunia yang belum tentu aku idamkan. Akherat lah sebenar-benarnya rumah kita
(Catatan Perjalananku, PP 60KM)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H