Mohon tunggu...
Mita Yulia H (Mita Yoo)
Mita Yulia H (Mita Yoo) Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis Lepas

Penulis fiksi, karya yang telah terbit antara lain KSB, R[a]indu, dan Semerah Cat Tumpah di Kanvasmu Bergabung dalam beberapa komunitas menulis dengan dua puluhan buku antologi cerpen dan puisi Lihat karya lainnya di Wattpad: @mita_yoo Dreame/Opinia/KBM/YouTube: Mita Yoo

Selanjutnya

Tutup

Horor Pilihan

Sesaji Bulan Penuh

28 April 2023   18:28 Diperbarui: 28 April 2023   18:46 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi: https://id.pinterest.com/old_reedit

Kakinya yang kecil melangkah ragu-ragu di antara dedaunan kering. Dia melihat sekeliling, memandang ke atas, dimana burung Cabak mulai bergerombol di atas pepohonan. Suaranya yang khas menjadi pertanda malam akan segera datang menggantikan siang.

Tangannya menyibak ranting-ranting pohon dan perdu yang menutupi pandangannya. Pelan, dia berjalan menyusuri jejak kaki di atas tanah basah.

"Tolong ....!!" suaranya merambat di antara pepohonan.

Gadis yang malang. Sepertinya dia tertinggal dari rombongan.

Kakinya terus melangkah menyusuri rerumputan yang rebah. Jejak kaki raksasa tercetak di tanah berair di sekitarnya.

"Tolong ....! Siapapun, tolong aku ...!" Teriakannya terdengar memilukan.

Kakinya mulai berlari menyusuri lebatnya pepohonan. Di persimpangan dia terhenti, tetapi gerakan kakinya mengundang makhluk lain mendekat. Dengan sekali gerakan, makhluk melata itu menunjukkan diri di depannya, berhasil meninggalkan luka di kakinya.

Aku dengan segera mendekat di antara kedua makhluk berbeda jenis itu. Aku mendesis tepat di depan makhluk serupa denganku itu. Dia kemudian berbalik mundur. Sedangkan gadis itu terbelalak dan bergerak mundur dengan kedua kakinya.

Sepertinya dia takut. Aku tertawa tetapi melihat dia semakin menjauh dan berusaha berdiri meskipun tidak membuahkan hasil membuat sebagian diriku iba. Aku berbalik arah sebelum memunculkan kaki di kedua tungkai bawah. Bagian ekorku mulai menyusut begitupun dengan kepingan sisik emas bercorak hitam yang hanya tersisa di beberapa bagian.

"Jangan takut, Gadis Manis," kataku dengan suara lembut.

"Kamu siapa? Kamu ... Kamu ... Ular?" Dia berusaha menjauh. Aku menyeringai, tanganku meraih sebelah kakinya yang terluka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun