Tepat di detik ketiga, ibu jarinya menggeser layar ponsel ke kanan setelah dering nada yang dipasangnya secara khusus untuk nama icon hati di layar terdengar. Penghitung waktu di layar mulai berjalan.
"Sayang ...." Suara lembut di seberang terdengar.
Lelaki itu mengusap wajah dengan kasar, mengatur suaranya agar tak terlalu parau meski dia gagal.
"Ya, Honey? Ada apa? Aku lagi tidur."
"Sayang, aku kebangun dan nggak bisa tidur. Kamu bisa ceritain satu cerita buat pengantar tidur?"
"C'mon, Honey. Aku bukan pengarang. Aku bukan penulis cerita, nilai bahasa Indonesia aku di bawah standar." Dia yang semula masih terbaring dengan cepat menegakkan tubuhnya, lalu bersandar di sisi ranjang.
"Sayang ... Hiks kamu kok tega sih ... Hiks," suara isak mulai terdengar.
Lelaki itu terbatuk-batuk. Dia meraih gelas berisi air putih di meja sisi tempat tidur. Meneguknya hingga tersisa sepertiga bagian.
"Oke, oke. Hm, oke. Aku ceritain cerita random, nggak apa-apa, ya? Tapi kamu janji harus tidur setelah aku cerita."
"Okay, Sayang."
Lelaki itu menekan icon speaker di layar ponselnya. Dia kembali merebahkan diri, meletakkan ponsel di sisi kiri bantal kepala.
Di suatu malam, ada seorang gadis yang sedang patah hati. Dia tinggal di pinggiran desa yang jauh dari keramaian. Di sisi kanan dan kiri rumahnya adalah kebun kelapa sawit dan palawija milik warga desa itu.
Dia mencoba membuka pintu rumahnya, tanpa alas kaki gadis itu ke luar rumah. Dia mendongak ke atas, penuh bintang. Pemandangan langit sangat indah saat itu. Dia terkagum-kagum hingga hampir tak bisa berkedip. Dia merasa kesepian di dalam hatinya hilang karena bintang di langit malam menemaninya.
Gadis itu melihat satu bintang yang paling terang di antara yang lain. Sayup-sayup suara merdu menyapa telinganya. Suara yang sebelumnya tidak pernah dia dengar. Suara yang membuat hatinya tenang. Gadis itu merasa bahagia mulai hadir di hatinya. Dia mulai menggerakkan tangannya, berputar dan melangkah dengan gerakan yang pernah dipelajarinya dari seorang guru saat dia masih berusia sepuluh tahun, kelas empat sekolah dasar.
Gadis itu mendengar suara yang membuatnya menari di malam itu. Hingga kesedihannya hilang. Dia bahagia, lalu meminta pada langit untuk selalu memberi bintang setiap malam. Tamat.
"Akhir yang bahagia," sahut suara di seberang telepon.
"Ya. Kamu tidur lagi, ya. Oke?"
"Iya, Sayang. Bye, Sayang."
"Ya. Love you, Honey."
"Mee too."
Sambungan telepon berakhir. Lelaki itu membiarkan layar ponselnya padam dengan sendirinya. Dia membuang napas keras-keras. Lengannya bertumpu di wajah, menutupi kedua matanya. Perlahan air mata turun dari kedua sudut matanya.
"Somebody, please help me."
Dia kelelahan karena menangis dan terbangun karena bunyi alarm yang terpasang di ponsel. Dia memaksa kepalanya yang terasa berat terbangun. Dia harus segera terjaga.
Pagi adalah waktu yang paling tak disukainya. Membawa dua gelas styrofoam berisi kopi hitam dengan sedikit gula, lelaki itu berjalan di antara tatapan beberapa orang yang selalu mengekori arahnya.
Pintu kaca terbuka ketika dia melewatinya. Senyum dari seseorang yang duduk di kursi dengan sandaran busa itu membuat perasaannya sedikit lebih baik. Tangannya meletakkan dua gelas styrofoam di atas meja.
"Selamat pagi, Sayang," kaki jenjang perempuan itu melangkah ke arahnya. Darahnya mulai berdesir ketika tangan lentik itu menarik dasinya, membuat dia bisa merasakan hangat dari embusan napas perempuan di depan matanya.
"Selamat pagi, Honey," dia tersenyum.
"Sebentar lagi ada rapat dengan pimpinan JF Cosmetics. Kamu udah siapin semua berkasnya?"
"Udah, Honey."
Perempuan itu meninggalkan jejak bibirnya di kedua pipi, "Good Boy."
"Setelah ini, kamu janji bakalan kasih aku cuti kerja 'kan, Honey?"
"Sayang, nggak semudah itu. Aku masih harus dapetin beberapa project. Dan cuma kamu yang bisa bantu aku. Kamu nggak akan tega ninggalin aku dengan cuti 'kan?" Kedua mata dan cuping hidung perempuan itu mendadak merah.
"Oke, satu kali aja."
"Iya, Sayang." Kali ini perempuan itu meninggalkan jejak manis di bibirnya.
***
Dia melempar satu kaleng minuman bersoda ke dalam tempat sampah. Langkahnya terhuyung terhenti di bangku panjang dekat pohon. Dasinya telah terlepas, beberapa kancing kemerjanya terbuka. Rambut penuh keringat, perutnya terasa melilit sepanjang hari.
Tatapannya beralih ke atas, langit gelap dan lampu-lampu jalan telah menyala. Dia merogoh saku celana dan menemukan ponselnya tak merespon sentuhan jarinya. Dia kemudian ingat tak pernah menyambungkan daya ke baterai ponselnya sepanjang hari itu.
"Hah hah," dia membuang napas kasar.
"Haha hahahaha hahahaha," tawanya terdengar di antara pikiran yang terus saja memakinya.
"Somebody, please help me."
#MY, 090323
*terinspirasi lagu Know Me by GEMINI
___ Selamat hari Musik Nasional, lagu apa yang kamu dengarkan hari ini? ____
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI