Di suatu malam, ada seorang gadis yang sedang patah hati. Dia tinggal di pinggiran desa yang jauh dari keramaian. Di sisi kanan dan kiri rumahnya adalah kebun kelapa sawit dan palawija milik warga desa itu.
Dia mencoba membuka pintu rumahnya, tanpa alas kaki gadis itu ke luar rumah. Dia mendongak ke atas, penuh bintang. Pemandangan langit sangat indah saat itu. Dia terkagum-kagum hingga hampir tak bisa berkedip. Dia merasa kesepian di dalam hatinya hilang karena bintang di langit malam menemaninya.
Gadis itu melihat satu bintang yang paling terang di antara yang lain. Sayup-sayup suara merdu menyapa telinganya. Suara yang sebelumnya tidak pernah dia dengar. Suara yang membuat hatinya tenang. Gadis itu merasa bahagia mulai hadir di hatinya. Dia mulai menggerakkan tangannya, berputar dan melangkah dengan gerakan yang pernah dipelajarinya dari seorang guru saat dia masih berusia sepuluh tahun, kelas empat sekolah dasar.
Gadis itu mendengar suara yang membuatnya menari di malam itu. Hingga kesedihannya hilang. Dia bahagia, lalu meminta pada langit untuk selalu memberi bintang setiap malam. Tamat.
"Akhir yang bahagia," sahut suara di seberang telepon.
"Ya. Kamu tidur lagi, ya. Oke?"
"Iya, Sayang. Bye, Sayang."
"Ya. Love you, Honey."
"Mee too."
Sambungan telepon berakhir. Lelaki itu membiarkan layar ponselnya padam dengan sendirinya. Dia membuang napas keras-keras. Lengannya bertumpu di wajah, menutupi kedua matanya. Perlahan air mata turun dari kedua sudut matanya.
"Somebody, please help me."