Dia kelelahan karena menangis dan terbangun karena bunyi alarm yang terpasang di ponsel. Dia memaksa kepalanya yang terasa berat terbangun. Dia harus segera terjaga.
Pagi adalah waktu yang paling tak disukainya. Membawa dua gelas styrofoam berisi kopi hitam dengan sedikit gula, lelaki itu berjalan di antara tatapan beberapa orang yang selalu mengekori arahnya.
Pintu kaca terbuka ketika dia melewatinya. Senyum dari seseorang yang duduk di kursi dengan sandaran busa itu membuat perasaannya sedikit lebih baik. Tangannya meletakkan dua gelas styrofoam di atas meja.
"Selamat pagi, Sayang," kaki jenjang perempuan itu melangkah ke arahnya. Darahnya mulai berdesir ketika tangan lentik itu menarik dasinya, membuat dia bisa merasakan hangat dari embusan napas perempuan di depan matanya.
"Selamat pagi, Honey," dia tersenyum.
"Sebentar lagi ada rapat dengan pimpinan JF Cosmetics. Kamu udah siapin semua berkasnya?"
"Udah, Honey."
Perempuan itu meninggalkan jejak bibirnya di kedua pipi, "Good Boy."
"Setelah ini, kamu janji bakalan kasih aku cuti kerja 'kan, Honey?"
"Sayang, nggak semudah itu. Aku masih harus dapetin beberapa project. Dan cuma kamu yang bisa bantu aku. Kamu nggak akan tega ninggalin aku dengan cuti 'kan?" Kedua mata dan cuping hidung perempuan itu mendadak merah.
"Oke, satu kali aja."