Mohon tunggu...
Mita Yulia H (Mita Yoo)
Mita Yulia H (Mita Yoo) Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis Lepas

Penulis fiksi, karya yang telah terbit antara lain KSB, R[a]indu, dan Semerah Cat Tumpah di Kanvasmu Bergabung dalam beberapa komunitas menulis dengan dua puluhan buku antologi cerpen dan puisi Lihat karya lainnya di Wattpad: @mita_yoo Dreame/Opinia/KBM/YouTube: Mita Yoo

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Proposal Approved (Bagian 4)

22 Februari 2023   07:20 Diperbarui: 22 Februari 2023   07:31 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Keenan melepaskan pelukan, menatap wajah gadis itu dengan lembut. Mata cokelatnya membuat gadis itu tersenyum.

"Makasih ya, Keenan. Kamu udah ngerti," katanya.

"Aku cuma nggak mau dia ada di antara kita. Itu aja," lelaki itu meraih tangan gadisnya, meninggalkan jejak bibirnya dengan lembut di sana.

"Kalau gitu aku pergi. Hari ini aku harus ke Dreams buat diskusi terakhir dan konfirmasi videonya." Gadis itu mengecup kedua pipi Keenan sebelum beranjak dari ruangan itu.

Gadis itu terhenyak ketika melihat Sheila berada di depan pintu ruangan, tangannya terulur hendak mengetuk pintu tetapi diurungkannya.

"Oh, Sheila. Kamu mau ketemu Keenan?"

"Hai, San. Iya, a-aku mau ambil file pemotretan kemarin untuk portofolio," kata gadis itu.

"Oke, aku duluan. Keenan ada di dalam," katanya sebelum kembali melangkah. Di tengah langkah gadis itu mulai berpikir, bukannya kalau cuma file pemotretan bisa dikirim via email, ya? Namun dia tak ingin memikirkannya lebih jauh.

Pucuk dicinta ulam pun tiba. Ketika dia berbelok menuju lift, pintu lift terbuka menampilkan wajah tampan lelaki berkacamata bulat yang akan ditemuinya.

"Oh, Pak Rein," dia mengangguk ke arah lelaki itu.

"Je, saya ke sini untuk berdiskusi final concept sebelum launching nanti."

"Padahal aku baru mau ke Dreams," katanya.

"Nggak perlu, saya udah di sini. Kita bahas di mana?" tanya lelaki itu.

"Kita bisa ke ruanganku. Mari, Pak." Gadis itu melangkah di depan lelaki itu.

"Berhenti bicara formal, Je. Bisa 'kan?" kata lelaki itu ketika langkah mereka berhenti di sebuah ruangan.

"Oke, kalau itu mau kamu." Gadis itu mendorong pintu kaca ruangannya, gerakan tangannya mempersilakan lelaki itu untuk duduk.

"Aku nggak bisa lama-lama. Jadi, kita langsung aja," katanya.

Lelaki itu bergeser ke arah komputer layar datar yang menyala. Dia menarik napas pelan, ekor matanya mengamati gadis itu.

"Ini dia." Sebuah video muncul di layar komputer datar. Jeha menatap layar tanpa menoleh. Ketika video berakhir, Jeha menjentikkan jarinya.

"Bagus. Ini keren. Mewakili konsep yang diharapkan. Aku bakalan bawa ini ke Bu Prita untuk acc, Pak Rein. Maksudku Rein."

"Oke, begitu project ini selesai, gimana kalau kita ngopi bareng?" tawar lelaki itu.

"Aku nggak janji," katanya.

Rein mengangguk. "Oke, karena urusan saya di sini sudah selesai, saya pamit."

"Makasih banyak," gadis itu mengulurkan tangannya ke arah Rein.

"Nggak usah sungkan. Saya seneng kalau direpotin kamu," katanya sambil menjabat tangan gadis itu.

Gombal! seru Jeha dalam hati.


Bersambung

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun