Mohon tunggu...
Sar Imelia
Sar Imelia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Hobi membaca novel dan menonton Drakor Cita-cita saya ingin menjadi istri Ryu sunjae

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pendidikan Islam, Mobilitas Sosial, Konsep dan Teori Mobilitas Sosial

24 November 2024   12:34 Diperbarui: 24 November 2024   12:34 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pendidikan Islam dan mobilitas sosial, konsep dan teori mobilitas sosial, konsekuensi dan dampak mobilitas sosial pendidikan Islam

A. Pendidikan islam dan mobilitas sosial

1. Pengertian pendidikan islam

        Pendidikan islam adalah proses pembelajaran yang melibatkan latihan bagi siswa dalam mengelolah perasaan mereka, sehingga setiap tindakan, keputusan, dan pendekatan mereka terhadap segala bentuk pengetahuan selalu didasarkan pada nilai-nilai spritual dan etika islam. Pendidikan dapat didefinisikan dengan berbagai istilah seperti tarbiyah( pendidikan yang berfokus pada pengasuhan dan pengembangan), ta'lim(pengajaran), ta'dib( pemberian adab atau etika), namun tujuan akhirnya dalam pendidikan islam adalah sama, yaitu untuk menciptakan manusia yang berakhlak mulia. Pendidikan islam berusaha membentuk individu yang berkarakter kuat, memiliki moral yang tinggi, dan mampu menjalankan peran sebagai khalifah di bumi.

2. Pengertian mobilitas sosial 

Dalam sosiologi, istilah mobilitas sosial merujuk pada perpindahan status atau kedudukan seseorang atau kelompok dalam hierarki sosial. Mobilitas ini dapat terjadi pada individu maupun kelompok secara keseluruhan. Dalam konteks individu, mobilitas sosial mencerminkan perubahan posisi atau status seseorang dalam masyarakat, misalnya seseorang yang awalnya bekerja sebagai tukang lalu mengalami peningkatan sosial menjadi guru. Ini menunjukkan perubahan status pekerjaan yang juga berkaitan dengan perubahan pengakuan sosial dan ekonomi.

    Mobilitas sosiasl, menurut Hadinoto adalah perpindahan individu atau kelompok dari satu kedudukan ke kedudukan lain, di mana kedudukan dapat merujuk pada situasi tempat atau status. Idi menjelaskan bahwa mobilitas sosial adalah pergerakan masyarakat dalam upaya menuju perubahan yang lebih baik. Vembrianto mendefinisikan mobilitas sosial sebagai perpindahan individu dari satu posisi  sosial ke posisi lain dalam struktur sosial. S. Nasution membagi pengertian mobilitas sosial menjadi dua, pertama, perubahan kedudukan suatu sektor masyarakat terhadap sektor lain, seperti perubahan status guru dari masa lalu hingga sekarang. Kedua, adanya peluang bagi individu untuk berpindah dari satu lapisan sosial ke lapisan sosial lainnya, yang bisa dilihat dari lingkungan tempat individu tersebut berada. Menurut Ravik Karsidi, mobilitas sosial adalah kesempatan bagi masyarakat untuk naik kelas sosial dalam struktur sosial, yang bisa mengarah pada peningkatan atau penurunan status, atau tetap berada pada posisi sosial yang sudah diraih.

   3. Peran pendidikan terhadap mobilitas sosial 

Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam proses mobilitas sosial, karena melalui pendidikan, seseorang dapat memperoleh pengetahuan yang sebelumnya tidak dimiliki. Pengetahuan inilah yang kemudian membawa perubahan positif  dalam kehidupan masyarakat, serta mendorong terjadinya kemajuan sosial. Pendidikan tidak hanya membuka wawasan, tetapi juga memberikan kesempatan yang lebih luas bagi individu untuk mendapatkan kesempatan yang sama tanpa terhalang oleh perbedaan status sosial. Di era modern ini, dinamika sosial yang terus berubah memungkinkan pendidikan menjadi alat yang efektif dalam meminimalkan perbedaan-perbedaan tersebut, serta membantu individu untuk meningkatkan status sosial mereka melalui jalur pendidikan yang lebih merata.

B. Konsep dan teori mobilitas sosial 

Berikut ini  adalah beberapa konsep dari mobilitas sosial yaitu: Class origin dan class deamobility, hal pertama melakukan studi adalah harus mengidentifikasi dan menentukan kelas sosial orang tua( class origin, Ishida & Miwa,2005:6), dan dipahami sebagai kelas sosial responden pada saat penelitian dilakukan( class destonation, Ishida & Miwa,2005:6). Identifikasi dan penentuan ini mutlak diperlukan dengan maksud untuk melihat ada atau tidaknya perubahan kelas sosial dari orang tua ke responden.

Jenis-jenis mobilitas sosial 

Menurut James M. Henslin dalam bukunya " sosiologi", mobilitas sosial merujuk pada pergerakan individu atau kelompok dari satu kelas sosial ke kelas sosial lainnya. Mobilitas sosial ini dibgi menjadi tiga tipe dasar.

1. Mobilitas antargenerasi 

2. Mobilitas sosial ke atas

3. Mobilitas sosial ke bawah

Philip Robinson memberikan penjelaskan yang lebih rinci mengenai tipe-tipe mobilitas sosial ini. Menurutnya, ada dua jenis mobilitas sosial yang utama.

1. Mobilitas dengan sponsor ( ponsorship mobility)

2. Mobilitas berbasis perlombaan ( contest mobility)

Sarjono sukanto menjelaskan mobilitas sosial dari dua perspektif utama, yaitu mobilitas vertikal dan mobilitas horizontal.

Karsidi juga menjelaskan tiga metode utama yang digunakan untuk menentukan stratifikasi sosial dalam masyarakat:

1. Metode objektif: Yaitu stratifikasi sosial ditentukan berdasarkan penilaian objektif seperti pendapatan, tingkat pendidikan, dan jenis pekerjaan seseorang.

2. Metode subjektif: di mana stratifikasi sosial didasarkan pada pandangan individu tentang posisinya sendiri dalam hierarki sosial. Dalam metode ini, individu menilai sendiri di mana mereka merasa berada dalam struktur sosial masyarakat.

3. Metode reputasi: yaitu stratifikasi sosial ditentukan oleh pandangan anggota masyarakat lainnya. Orang-orang dalam masyarakat diberi kesempatan untuk mengidentifikasi golongan-golongan masyarakat yang berbeda berdasarkan reputasi atau penilaian umum tentang status sosial seseorang.

Teori mobilitas sosial menurut ahli

Martin Lipset dan Hans Zetterberg: Teori mobilitas sosial yang dicetuskan oleh Martin dan Hans ini berfokus pada penyebab dan dimensi terjadinya mobilitas sosial di masyarakat. Ada dua penyebab terjadinya mobilitas sosial, yakni supply( pasokan) dari posisi status yang tidak terisi, dan pergantian peringkat. Sederhananya, tiap terjadi mobilitas sosial mengarah ke arah atas, pasti akan ada pergerakan ke bawah. Sementara itu, dalam dimensi terjadinya, mobilitas sosial memiliki empat dimensi:

1. Ranking okupasi

2. Ranking konsumsi 

3. Rangking kelas sosial

4. Rangking kekuasaan

Ralph Turner: Teori yang dikemukakan Ralph turner ini menghubungkan sistem pendidikan dengan upaya mobilitas sosial yang ada. Asumsinya, yakni adanya sistem kelas terbuka, ditandai dengan dibukanya sekolah umum, sehingga menjadi peluang bagi masyarakat untuk melakukan mobilitas sosial vertikal. Ralph turner juga menjelaskan bahwa ada dua mobilitas sosial yang didasarkan pada norma masyarakat, yakni mobilitas sponsor dan mobilitas kontes.

Pitirim sorokin: Teori ketiga diungkapkan oleh Pitirim sorokin. Teori ini berkaitan dengan kesempatan atau peluang terjadinya mobilitas sosial terhadap individu atau sekompok individu. Sorokin berpendapat bahwa dalam masyarakat, tidak semuanya mendapat kesempatan yang benar-benar sama dengan orang lain, untuk berpindah satus sosialnya. Lewat teori tersebut, secara tidak langsung sorokin membagi dua tipe mobilitas sosial, yakni mobilitas horizontal dan vertikal.

Faktor-faktor yang mendorong mobilitas sosial meliputi:

Perubahan kondisi sosial: Struktur kasta dan kelas dapat berubah seiring perubahan pandangan masyarakat yang semakin terbuka. Kemajuan teknologi juga berperan dalam membuka peluang mobilitas sosial ke atas, serta terbentuknya stratifikasi sosial baru.

Ekspansi teritorial dan gerak populasi: Peluasan wilayah dan perpindahan penduduk, seperti urbanisasi dan transmigrasi, dapat mendorong terjadinya mobilitas sosial. 

Komunikasi yang bebas: Pembatasan komunikasi antar anggota masyarakat dapat menghambat mobilitas sosial. Sebaliknya komunikasi yang bebas dan efektif menghilangkan batas-batas sosial, yang mempermudah mobilitas sosial.

Pembagian kerja: Tingkat pembagian kerja mempengaruhi kemungkinan terjadinya mobilitas. Semakin spesifik pekerjaan dalam masyarakat, semakin kecil kemungkinan individu berpindah ke pekerjaan lain, sehingga mengurangi mobilitas sosial.

Tingkat fertilitas yang berbeda: Kelompok dengan tingkat ekonomi dan pendidikan rendah cenderung memiliki tingkat kelahiran yang tinggin, sementara kelompok sosial yang lebih tinggi cenderung membatasi jumlah anak. Ini memberi kesempatan bagi kelompok ekonomi rendah untuk meningkatkan kualitas keturunan, yang memungkinkan terjadinya mobilitas sosial.

Situasi politik: Ketidakstabilan politik bisa mendorong penduduk untuk berpindah sementara ke tempat yang lebih aman. Contoh kasus ini adalah perpindahan penduduk indonesia saat reformasi dan pengungsian warga Lebanon akibat serangan Israel.

Faktor yang menghalangi mobilitas sosial

Faktor ekonomi: Tiap individu dengan keterbatasan dalam kemampuan prodksi dan konsumsi akan mengalami kedulitan meningkatkan status sosial.

Diskriminisasi kelas sosial: Individu yang mengalami diskriminisasi akan sulit untuk naik ke tingkat sosial yang lebih tinggi.

Perbedaan jenis kelamin: Perempuan sering dianggap lebih lemah dari pada laki-laki, sehingga hal ini menghambat perempuan dalam mencapai posisi sosial yang lebih tinggi dan dibandingakan laki-laki. 

Perbedaan ras dan agama: Biasanya terjadi di lingkungan kerja yang didominasi oleh ras atau agama tertentu, sehingga membatasi mobilitas sosial bagi yang berasal dari kelompok berbeda.

C. Konsekuensi dan dampak mobilitas sosial pendidikan Islam 

Terjadinya konflik ketika terdapat perbedaan nilai-nilai yang tidak dapat diterima oleh masyarakat akibat perubahan yang disebabkan oleh mobilitas sosial. Konflik ini dapat dibagi menjadi beberapa jenis berdasarkan kelompok masyarakat yang terlibat.

1. Konflik antar kelas sosial: Terjadi ketika ada perubahan status sosial baik naik maupun turun, atau ketika seseorang atau kelompok memasuki kelas sosial tertentu. Kelas sosial baru sering kali menghadapi reaksi negatif, baik dari anggota kelas sosial yang sudah ada maupun dari masyarakat terhadap satus sosial yang baru terbentuk

2. Konflik antar kelompok sosial: Timbul karna tuntutan hak dan kewajiban baru oleh suatu kelompok, persaingan untuk meraih dominasi, atau adanya penindasan antar kelompok sosial.

3. Konflik antar generasi: Terjadi ketika hubungan antara generasi berubah, di mana aturan-aturan lama tidak lagi diakui atau dipertanyakan oleh generasi yang lebih muda.

Konsekuensi Negatif Mobilitas Sosial:

Ketidaksetaraan Baru: Mobilitas sosial terkadang bisa menciptakan ketidaksetaraan yang baru. Dalam masyarakat yang sudah memiliki tingkat ketidaksetaraan tinggi, mobilitas sosial yang meningkat dapat memperlebar kesenjangan antara individu yang berhasil dan yang tidak.

Ketegangan Sosial: Perubahan hierarki sosial akibat mobilitas sosial dapat memicu ketegangan sosial. Kelompok-kelompok yang secara historis dominan mungkin merasa terancam oleh mobilitas ini.

Tekanan Psikologis: Naiknya kelas sosial dapat memberikan tekanan psikologis karena individu mungkin merasa terdesak untuk mempertahankan status barunya, sedangkan mereka yang mengalami penurunan status bisa merasa stres akibat kehilangan posisi sosial.

Ketidak pastian Ekonomi: Perpindahan ke pekerjaan yang lebih baik bisa mendatangkan pendapatan yang lebih tinggi, tetapi juga menambah tekanan untuk mempertahankan kinerja.

Ketidak pastian Sosial: Mobilitas sosial dapat mempengaruhi hubungan sosial. Perubahan status sosial dapat mempengaruhi interaksi individu dengan keluarga, teman, dan komunitas mereka.

Dampak mobilitas sosial positif

1. Mendorong seseorang untuk lebih maju: Terbukanya kesempatan untuk pindah dari strata satu ke strata yang lain menimbulkan motivasi yang tinggi pada diri seseorang untuk maju di berbagai bidang. Kita bisa mencermati perbedaan kondisi Indonesia sebelum dan sesudah merdeka. Pada masa penjajakan, banyak rakyat kecil yang tidak memiliki cita-cita untuk menjadi kepala pemerintahan. Hal tersebut karena tidak ada kesempatan atau peluang bagi rakyat kecil. Setelah merdeka, pendidikan dan kesempatan masyarakat untuk menjadi seorang pemimpin atau menjadi kepala pemerintahan terbuka sangat besar. Bahkan sampai sekarang, banyak masyarakat yang bercita-cita untuk menjadi pemimpin di berbagai bidang,

2. Mempercepat tingkat perubahan sosial: Mobilitas sosial akan lebih mempercepat tingkat perubahan sosial masyarakat ke arah yang lebih baik. Contohnya, Indonesia sedang mengalami perubahan dari masyarakat agraris ke masyarakat industri

3. Meningkatkan integrasi sosial: Terjadinya mobilitas sosial dalam suatu masyarakat dapat meningkatkan integrasi sosial. Contohnya, ia akan menyesuaikan diri dengan gaya hidup, nilai- nilai, dan norma-norma yang dianut oleh kelompok orang dengan status sosial yang baru sehingga tercipta integrasi sosial.

Dampak mobilitas negatif

1. Terjadinya konflik: Salah satu bentuk perjuangan manusia dan kelompok sosial untuk mencapai posisis sosial tertinggi melalui mobilitas sosial. Tentu hal ini akan memunculkan persaingan yang berujung memicu konflik.

2. Gangguan psikologis: Mobilitas sosial merupakan perubahan status sosial dalam masyarakat. Seseorang yang sudah memiliki jabatan terkadang merasa khawatir jika kehilangan jabatannya. Bahkan pada saat jabatan yang dimiliki sudah lepas, kadang ia tidak rela melepaskan jabatan tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun