Mohon tunggu...
Erni Lubis
Erni Lubis Mohon Tunggu... Guru - Pengajar dan pembelar

Mencoba menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Memahami Sosioemosi Anak Sekolah Dasar terhadap Kawan Sebayanya

11 Oktober 2020   19:30 Diperbarui: 14 Oktober 2020   19:23 458
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source: Charamelody, 140:365 Left Out at https://www.flickr.com/photos/charamelody/4757913318 Flickr Creative Commons License 2.0

Anak-anak yang popular cenderung mampu menyesuaikan diri dengan baik dimanapun ia berada, berbeda dengan anak-anak yang diabaikan dan ditolak, mereka akan mengalami penyesuaian diri yang serius bahkan dapat berdampak buruk pada kehidupan kedepannya jika tidak ada perubahan menjadi lebih baik pada diri mereka.

Meskipun anak yang popular terlihat prososial, namun dilain kesempatan mereka dapat bertindak antisosial karena bullying tidak mengenal status. Namun mayoritas korban bullying adalah mereka yang diabaikan, ditolak, dan dianggap kontroversial, sedangkan pelakunya biasanya mereka yang dianggap popular dan kontroversial, bahkan anak rata-rata (biasa).

Tindak bullying tidak hanya secara fisik, namun juga secara verbal, seperti menjadi sasaran gosip, komentar, kritik pedas, sedangkan bullying fisik yaitu dipukul, didorong, dan lain-lain.

Sebaiknya orangtua tau, anaknya termasuk dalam kategori status yang mana di lingkungan kawan sebayanya.

Hal-Hal yang dapat dilakukan untuk Membentuk Anak Bersikap Prososial

Untuk membantu anak-anak bersikap prososial maka lingkungan anak juga harus bersikap prososial seperti mau memberikan penguatan atau motivasi, mau mendengarkan secara cermat, mampu membina jalur komunikasi secara terbuka, memperlihatkan keadaan yang damai, mampu mengendalikan emosi-emosi negatif, memperlihatkan antusiasme dan peduli pada orang lain, mengajarkan anak tentang kesopanan, melibatkan anak dalam kegiatan amal seperti mengemas pakaian untuk disumbangkan, mengajarkan sikap percaya diri dan menghargai diri sendiri serta orang lain.

Jika anak berlaku antisosial seperti membully, berkelahi, mengejek, tidak patuh, berlaku kejam dan tindakan negatif lainnya, maka ajak anak bernalar tentang konsekuensi dari tindakannya terhadap orang lain. 

Seperti memberi umpan balik, "lebih baik adik memaafkan dia daripada memukulnya, malah menambah masalah baru." Atau, "Jika adik yang dipukul, adik mau tidak?" Ketika orangtua atau guru menerapkan hukuman secara tenang dan beralasan, maka hal ini akan bermanfaat bagi perkembangan anak.

Orangtua mampu membentuk sikap prososial anak dengan interaksi yang hangat terkait dengan kompetensi sosial anak-anak (perilaku prososial yang tinggi) dan penerimaan sosial (disukai oleh kawan-kawan sebaya dan gurunya).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun