Ditengah kondisi yang cukup memprihatinkan ini, saya menjumpai harapan swasembada daging itu masih ada. Beberapa waktu lalu, saya mendengar cerita dari saudara saya yang tinggal di daerah Boyolali, Idul Fitri tahun ini dia mendapat jatah arisan daging sapi.
Dalam pikiran saya, arisan atau tabungan sapi ini biasanya ada di momen Hari Raya Idul Adha, ternyata tidak.Â
Mekanismenya sangat sederhana, seperti arisan pada umumnya. Anggota arisan adalah para pedagang pasar dan pelaku UMKM, bekerjasama dengan peternak rakyat.
Boyolali sendiri merupakan salah satu wilayah dengan populasi sapi yang cukup banyak di Provinsi Jawa Tengah.Â
Sebenarnya ini lebih pada konsep tabungan, yang nantinya hasil akhir (berupa daging sapi) dibagikan pada anggota. Ini sangat menarik, dan tentunya menguntungkan bagi kedua belah pihak, anggota arisan maupun peternak.
Anggota yang mayoritas adalah masyarakat menengah kebawah memperoleh daging dengan harga terjangkau yang dapat dimasak untuk hari raya.
Begitupun peternak memperoleh kepastian pembelian dengan kesesuaian harga yang telah disepakati. Intinya, semua memperoleh kebahagiaan di hari raya!
Swasembada dari tradisi
Sebenarnya masih banyak lagi budaya-budaya di masyarakat yang dapat mempertahankan eksistensi sapi demi menjaga kestabilan harga.
Sayangnya, hal ini seakan selalu dikesampingkan dalam berbagai upaya maupun program peningkatan populasi, ataupun produktivitas untuk mengejar pemenuhan kebutuhan daging.Â