Mohon tunggu...
Sarianto Togatorop
Sarianto Togatorop Mohon Tunggu... Guru - Pengajar yang menyukai kebebasan

Seseorang yang tak tahu kalau dia ada

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Dangdutan di Masa PSBB? Sungguh Teeerlaaalu...

2 Juli 2020   12:23 Diperbarui: 3 Juli 2020   04:21 1044
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rhoma Irama, Raja Dangdut Indonesia (sumber: tribunnews.com)

Beberapa hari yang lalu penghuni baru di kompleks kami mengadakan syukuran dalam rangka pernikahannya. Sebagai penghuni baru ia mengundang warga kompleks sekaligus untuk memperkenalkan diri dan keluarga barunya. Membuka silaturahmi dengan lingkungan baru.

Kami pun mendapat undangan. Namun kami memutuskan untuk tidak menghadiri acara syukuran karena masih takut dan masih menghindari keramaian. Untuk belanja saja selalu mengusahakan waktu masih sepi pengunjung.

Jadilah acara syukuran dilaksanakan. Dan seperti acara syukuran pada umumnya, selalu ada acara dangdutan. Asekk. Dapat keributan di pagi hari. Pagi-pagi sudah ribut, suara musik yang menggema ke seluruh penjuru.

Sebenarnya hati ini tergoda, belum lagi saat lagu yang dinyanyikan adalah lagu yang saya tahu dan bisa menyanyikannya. Saya pun ikutan nyanyi dari rumah. Apalagi saat tamu undangan yang diminta bernyanyi malah tidak karuan menyanyi. Ingin rasanya tarik microphone-nya dan langsung ganti saya yang menyanyi.

Tamu undangan berdatangan entah dari mana. Sesak dan duduk tanpa social distancing membuat kami semakin yakin untuk tidak menghadiri. Ngeri-ngeri sedap ini. Ngeri dengan suasananya, tapi sedap dengan musiknya.

Lalu pertanyaannya, sudah bolehkah menyelenggarakan hajatan di situasi seperti ini?

Saya tak tahu apakah acara syukuran ini memang sudah mendapat izin atau dilaksanakan tanpa izin. Dugaan saya tanpa izin. Apalagi dilaksanakan di dalam kompleks dengan pengamanan ketat dan tersembunyi dari warga luar. Bisa jadi tidak terpantau pemerintah setempat. 

Yang pasti, hingga acara berakhir tak ada aparat berwenang yang menghentikan acara.

Saya jadi teringat dua kisah dangdutan yang lagi hangat. Dangdutan di Rumah Sakit Darurat Covid-19 Wisma Atlet dan konser dangdut Rhoma Irama dan kawan-kawan dalam hajatan sunatan di Bogor.

Dangdutan Wisma Atlet

Rumah Sakit (RS) Darurat Covid-19 Wisma Atlet merupakan RS yang dikhususkan untuk mengisolasi dan merawat pasien Covid-19. Sebagai pusat penanganan pasien Covid-19 di Indonesia, RS ini tentu menjadi zona paling rentan dalam penularan Covid-19.

Berstatus zona merah, dengan garis polisi, tidak sembarangan orang dapat keluar masuk RS ini. Selain pasien, seluruh tenaga medis dan keamanan pun wajib menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) secara lengkap.

Mengingat begitu berbahayanya wilayah RS ini, maka aktivitas didalamnya pun harus menerapkan protokol pencegahan Covid-19 secara ketat. Longgar sedikit bisa berakibat fatal. Tenaga medis dan kemanan yang bertugas di sana pun wajib mengisolasi diri.

Namun sebuah video yang beredar memperlihatkan acara dangdutan di Wisma Atlet sungguh membuat kita tak habis pikir. Tempat yang seharusnya secara ketat menerapkan social distancing dan protokol pencegahan Covid-19 malah menjadi tempat kumpul, kerumunan dan ada dangdutan. Apa mereka tidak takut?

Acara yang dimaksudkan sebagai acara perpisahan karena beberapa tenaga medis yang bertugas di RS Wisma Atlet mendapat penugasan di tempat yang baru, ternyata diselingi dengan acara dangdutan untuk sekedar menghibur tenaga medis yang sudah mengalami kejenuhan.

Menghibur? Haruskah dengan kegiatan yang berbahaya? Bukankah dengan acara dangdutan seperti itu dapat meningkatkan resiko tertular dan saling menularkan virus Corona?

Atau mungkin saja bermain dengan bahaya sudah menjadi hiburan di sana karena setiap hari berhadapan dengan bahaya. Lalu, jika itu sudah menjadi hiburan, kenapa masih butuh hiburan?

Acara perpisahan itu sendiri pun, menurut saya, tidaklah terlalu esensial di masa seperti ini. Mengingat kita semua perlu menjaga agar penularan Covid-19 ini dapat segera dikendalikan. Termasuk menahan diri untuk membuat hajatan yang berpotensi menjadi ajang penularan Covid-19, terlebih lagi dilaksanakan di RS Wisma Atlet, di mana virus ini dipastikan berada.

Ada banyak cara untuk mendapatkan hiburan, tidak harus dengan dangdutan. Atau jika ingin dangdutan, boleh kan secara virtual. Mengapa acara ini tidak dibuat secara virtual saja? Atau dangdutan sendiri di rumah, lebih aman. Yang penting kan dangdutan.

Konser Dangdut Rhoma Irama

Hampir sama dengan dangdutan Wisma Atlet, acara konser dangdut Rhoma Irama yang dilaksanakan dalam rangka hajatan khitanan warga pun tak kalah membuat kaget. Lagi-lagi hajatan di masa pandemi. Di mana setiap orang diminta untuk benar-benar social distancing.

New Normal sepertinya dianggap sebagai pernyataan bahwa sudah boleh kembali ke aktivitas seperti sebelum virus ini mengancam. Meski sudah dilarang, hajatan dan konser tetap dilaksanakan.

Surya Atmaja sendiri selaku penyelenggara hajatan mengundang Rhoma Irama dan pedangdut lainnya untuk melaksanakan konser dalam rangka hajatan khitanan puteranya.

Acara ini sendiri sudah mendapat peringatan dari Bupati Bogor, Ade Yasin dengan mengirimkan petugas gabungan untuk mengingatkan larangan pelaksanaan konser. Namun rupanya konser tetap berjalan. Sungguh teeerlaluhhh.

Acara ini dinilai melanggar Peraturan Bupati (Perbub) No. 35 Tahun 2020 karena menyebabkan kerumunan massa. Mengingat dalam masa pandemi aktivitas kerumunan dilarang karena sangat potensial menjadi ajang penyebaran virus Corona.

Acara dangdutan ini pun berbuntut pemeriksaan kepada penyelenggara, Rhoma Irama dan artis lannya serta seluruh oknum yang terlibat dalam kegiatan ini. Sepertinya proses hukum akan berjalan untuk menindak tegas pelaku kegiatan berbahaya ini.

Kesadaran yang minim

Berkaca dari dua kasus ini, ehhh tiga sama kasus tetangga saya yang menyelenggarakan hajatan. Yang paling nyata terlihat adalah kesadaran masyarakat yang kurang.

Tetangga saya, tamu-tamu yang hadir, tenaga medis di RS Wisma Atlit yang dangdutan, Surya Atmaja penyelenggara konser dangdut Rhoma Irama, Rhoma Irama sendiri, semua yang hadir bahkan yang orang-orang yang masih suka membuat kerumunan di tengah pandemi ini.

Jika sudah dilarang, mengapa harus membuat acara demikian? Tidak bisakah syukuran dilaksanakan dengan cara berbeda? Kalau tak ada syukuran, apa pernikahannya tidak sah? Yang penting prosdur pernikahannya sudah memenuhi undang-undang. Syukuran juga bisa lain waktu.

Atau acara perpisahan kan tidak harus. Sekolah-sekolah juga dilarang membuat acara perpisahan. Nyatanya tidak ada yang berani membuat. Perpisahan lewat Whatsapp group saja. Lebih aman, walau tak biasa. Masalahnya hanya belum biasa.

Apalagi acara konser yang mengundang orang banyak, mendatangkan artis yang akan manarik ratusan orang untuk datang. Potensial sekali untuk menjadi ajang penularan virus Corona. Mengapa mesti menentang bahaya, melanggar peraturan yang mengakibatkan ancaman kurungan. Hanya demi dangdutan.

Lalu, berkaca dari tiga kasus di atas, "sudah bolehkan kita dangdutan?" Ya boleh-boleh saja. Dangdutan di rumah siapa yang larang. Seperti tetangga saya yang lain. Untuk menghilangkan jenuh dia dangdutan di rumah. Putar musik lalu nyanyi sepuas hatinya. Walau terasa bising, saya bisa maklumi.

Tapi kalau harus dangdutan rame-rame dan mengancam keselamatan, sebaiknya tahan selera. Belum aman untuk itu. Daripada menjadi ajang penularan dan terancam masuk bui, mending tidak usah.

Pemerintah pun perlu tegas, kalau dilarang ya dilarang. Jangan dilarang tapi seolah tidak dilarang. Tindak tegas dan berani untuk menghentikan acara, boleh jadi sebuah tindakan nyata yang memberi kepastian bahwa memang dilarang.

Seperti yang dialami kenalan saya, dalam acara hajatan pernikahannya, aparat polisi setempat menghentikan paksa acara hiburan, hanya mengizinkan acara resepsi karena sudah berjalan. Kalau sudah begitu, maka tak ada lagi yang berani coba-coba membuat acara yang sama.

Masih tetap mau buat hajatan dangdutan? Sungguh teeerlaaaluhhh...

ST, Djb July

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun