Pandangan perempuan tua mengikuti langkah Hayati sebelum dia menemui Zainudin.
 "Pulanglah, Nak! Hayati sudah memutuskan yang terbaik untuk masa depannya. Dan Emak nggak menghalangi keinginannya!" kata Emak dengan lirih. Dia tak bisa menyembunyikan kesedihan, suaranya bergetar dan matanya berkaca-kaca.
***
"Maafkan Emak ya Ti! Karena Emak terus mendesakmu untuk menikah hampir saja kamu terjerumus!" keluh perempuan tua itu sedih.
Hayati tersenyum pahit, "Sudahlah Mak, semua sudah terjadi. Sekarang Hayati mau fokus besarin anak-anak saja Mak. Tanpa suamipun aku masih mampu menafkahi keluarga kita. Ya kan Mak!"
Mereka berpandangan, lama sekali, sesaat kemudian kedua perempuan ibu dan anak itu tertawa terbahak-bahak, menertawakan nasib yang masih nyaman menyertai hidup mereka. Entah sampai kapan?
#poeds 220817