Mohon tunggu...
Sari Aryanto
Sari Aryanto Mohon Tunggu... Editor - fiksi diksi kopi, tiga hal yang membuatku lebih hidup

Perempuan biasa yang punya mimpi luar biasa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tak Perlu Kau Kawini Hayati, Bang!

23 Agustus 2017   14:34 Diperbarui: 27 Agustus 2017   10:50 695
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Iya Bang, maafkan aku. Seharian aku merenung, banyak yang kupikirkan, jika aku tetap di kantor, aku takut malah mengacaukan pekerjaan kawan yang lain. Jadi lebih baik aku mengambil cuti." jawab Hayati lirih.

"Apa yang ku pikirkan Ti? Tentang kita? Apa kamu mau kita percepat perkawinan kita? Aku akan membawa orangtuaku kemari agar melamarmu secara resmi!" kata Zainudin seraya mengelus tangan Hayati.

"Kita harus berpikir ulang tentang perkawinan kita Bang! Seperti yang Abang tahu, aku bercerai karena mantan suamiku selingkuh dan meninggalkan anak-anaknya tanpa nafkah. Lalu apakah aku harus menjadi serupa dengan perebut suamiku?"

"Maksudmu apa Ti? Aku nggak paham!"

"Kemaren Dewi anakmu menghubungiku, dia menceritakan kepedihan istrimu juga kesedihannya kau tinggalkan. Kenapa kamu bohong tentang statusmu? Dan bodohnya aku mempercayai setiap ucapanmu?" sesal perempuan itu, dia mengusap airmata yang mengalir di pipinya dengan ujung daster yang dia kenakan.

"Apa? Dewi menghubungimu? Untuk apa?" tanya Zainudin heran.

"Untuk apa Bang? Ya untuk menjelaskan Abang masih punya istri dan dua orang anak, Abang takut bercerai secara sah karena takut kehilangan semua fasilitas dari istri Abang! Kejam kamu Bang! Tidak seharusnya Abang menelantarkan anak-anak Abang dan mencari kesenangan bagi dirimu sendiri!" kata Hayati tersendat.

"Aku tidak bisa menikah denganmu Bang! Abang harus kembali pada anak dan istri Abang! Aku tidak mau disebut perebut suami orang, sangat hina jika itu kulakukan. Aku tidak mau bahagia di atas penderitaan keluargamu. Maaf Bang, batalkan saja rencana perkawinan kita?" tegas Hayati.

Zainudin menatap.Hayati seakan tak percaya dengan apa yang didengarnya," Lalu bagaimana dengan Emak dan anak-anak, Ti?"

"Mereka urusanku! Tak perlu kau kuatirkan mereka. Tak perlu pula kau kawini Hayati dengan dasar kasihan! Sekarang pulanglah, hubungan kita selesai di sini!"sergah Hayati.

Tanpa menunggu Zainudin beranjak, Hayati melangkah ke dalam. Saat dia menyibakkan tirai pembatas ruang tamu, Hayati melihat emaknya, wajah perempuan tua itu tampak sedih. Hayati memalingkan wajahnya dan bergegas masuk ke dalam kamarnya untuk menyembunyikan tangis yang dia tahan sedari tadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun