Mohon tunggu...
Sari Aryanto
Sari Aryanto Mohon Tunggu... Editor - fiksi diksi kopi, tiga hal yang membuatku lebih hidup

Perempuan biasa yang punya mimpi luar biasa

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

[Fiksi Horor dan Misteri] Wajah Siapa yang Ada Dalam Cermin

26 September 2016   17:50 Diperbarui: 28 September 2016   11:00 454
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"YANTI!!" suara ibu Surbakti menggelegar mengagetkan Yanti. Di ambang pintu tampak ibu Surbakti memapah suaminya yang masih terlihat lemah. "Akhirnya kamu mengaku juga, tapiengapa harus menunggunenam tahun? Kami sudah tahu siapa yang meninggal saat kami memandikan mayat Ranti. Mungkin kamu tidak tahu kalau saat di Amerika Ranti melakukan operasi usus buntu karena engkau memutuskan hubungan dengannya sejak kamu kuliah di Malaysia!" kata bu Surbakti lirih.

"Mama? Mama tahu?" tanya Yanti tercekat. Pak Surbakti memandang Yanti dengan pedih, kilatan marah bercampur luka jelas terlihat di matanya. "Geg, kami diam bukan karena kami tidak tahu. Kami hanya takut kehilangan satu anak lagi setelah kematian Ranti. Tapi kematian Regita menyusul Ranti dengan cara menggantung dirinya di kamar mandi sel tempat dia di penjarakan membuatku terpukul. Apalagi saat mbok Kadek juga meninggal setelah berkali-kali kerauhan** Kami hanya menunggumu mengaku saja, karena dengan pengakuanmu kami bisa melepas abu Ranti ke laut."

Yanti menangis tanpa suara, dia tidak mampu bangkit dari duduknya. Semua sudah selesai, kebohongan yang dia simpan selama enam tahun sudah terbongkar. Jam masih menunjukkan pukul tiga lebih empat pukuh lima menit, tiba-tiba Yanti tersadar bagaimana orangtuanya bisa keluar dari rumah sakit? Bukankah jam operasional baru mulai jam tujuh?

"Kenapa Yan? Kamu mama ada di rumah? Kamu lupa direktur rumah sakit Sanglah itu pamanmu? Semua sudah di urus pamanmu, sudahlah! Bangunlah besok kita selesaikan semua persoalan kita. Mama urus papamu dulu ya!" kata bu Surbakti seakan tahu apa yang di pikiran Yanti. Yanti masih terpana merenungi kejadian demi kejadian yang baru saja dia alami. Besok semua harus selesai, Yanti akan menyelesaikan semuanya.

Keesokan harinya saat bu Surbakti membuka kamar anaknya, dia menjerit melihat Yanti tergolek dengan tangan terpotong. Darah masih menetes dari pergelangan tangannya. Tubuhnya mulai mendingin sementara di kursi depan meja rias duduk sesosok berbaju putih yang tak dihiraukan bu Surbakti.

"[caption caption="Fiksi horor dan misteri"]

[/caption]Cepatlah Yanti! Sudah terlalu lama aku menunggumu. Kita datang ke dunia bersama dan kita pergi pun bersama pula!" bisik sosok itu pelan.

 

Tulisan ini diikutsertakan dalam event Fiksi Horor dan Misteri group Fiksianan Community

#poeds 260916

Catatan :
Geg >> penggalan dari kata jegeg yang merupakan panggilan sayang buat anak perempuan di Bali.
* >> Belum tidur nak
**>> Bagaiman kabarnya mbok? Kenapa nggak pernah menelpon saya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun