"Ah, biarin lah. Sekalian bilas alami, biar makin bersih."
Gadis berambut bergelombang itu menanggapi santai. Semenjak ibunya sakit, pekerjaan rumah tangga beralih padanya. Tumpukan pakaian milik adik, ibu serta dirinya sendiri, tadi pagi cukup menguras tenaga. Membuat Asih mencuci ala kadarnya.
"Nduk, jemurannya sudah dibawa masuk semua!" Suara ibunya teredam suara hujan. Masih berbaring, berteriak dari dalam kamar.
"Sampun, Bu." Gadis itu menjawab bohong. Sebab dia tahu kondisi ibunya terlalu lemah untuk mengecek jemuran di luar.
Berlalu santai, Asih kembali ke kamar. Menutup pintu rapat seolah perintah ibunya sudah ia lakukan. Gadis itu lupa dengan pesan penting dari ibunya. Meski pakaian yang dijemur tidak kering pun, Warti--sang Ibu menyuruh tetap mengangkatnya. Simpan di dalam rumah!
Kecanggihan teknologi kadang memang membuat terlena. Bahkan membutakan manusia.Â
Asih kembali asyik memainkan ponselnya. Kembali berbalas pesan dengan pemuda di dunia maya. Hingga larut malam, sampai matanya terasa lelah. Hingga kantuk datang menyerang. Lelap, hilang kesadaran.
*******
Hujan sudah reda. Meninggalkan genangan air di jalan becek serta hawa dingin.Â
Dari pada berkeliaran di luar rumah. Orang-orang lebih memilih meringkuk di atas ranjang, bersembunyi di balik selimut untuk mencari kehangatan.
Akan tetapi, itu tidak berlaku pada orang yang punya kemauan. Seorang pria bertubuh kurus sedang mengayuh sepeda di jalan becek dipenuhi genangan air.Â