“Eh cupu, kalau jalan itu pake mata dong.”
“Kacamata segede gaban cuma diliatin aja ya kaya gitu.”
Liam pergi begitu saja, ia juga sama tak perdulinya dengan semua orang yang ada disana. Hati Bunga hancur awalnya, ia belum pernah menerima perlakuan ini sebelumnya namun ia bertahan karena ia menemukan teman sejati bagaimanapun caranya.
Lia berjalan mendekati Bunga, ia merangkul tangan itu menuju ke ruang tata usaha. Wajah Bunga merah padam namun Lia tak mau membahas masalah itu lagi. Lia mengurus semua masalah perpindahan Bunga lalu membiarkan Bunga diantar oleh salah seorang guru menuju ke ruang kelasnya. Sekolah sedang mengadakan lomba sehingga baru minggu depan, kegiatan belajar mengajar akan dimulai.Setelah selesai keliling sekolah, Bunga segera masuk ke dalam mobil. Lia bersiap untuk mendengar keluh kesah Bunga namun saat pintu mobil itu terbuka hanya wajah dengan mata berbinar-binar yang menyapa Lia lembut.
“Gimana jadinya?” tanya Lia dengan penuh tanda tanya.
“Ya, lanjut dong.”
Ponsel Bunga bordering, ia segera melepaskan behel itu agar tak susah menjawab panggilan itu, “Ya, Ma.”
Widya bicara panjang lebar diseberang telepon itu, Bunga mendengar dengan seksama walaupun ia sudah lelah dan telinganya terasa panas hingga…
“Tunangan?”
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H