“Bunga, A. Bunga Wijaya, nama kedua kan engga terlalu diinget sama orang kan.”
Lia mengangguk setuju.
***
Widya akhirnya bertemu dengan teman lamanya, Ratih dan Dimas. Pertemuan itu sudah mereka dambakan, karena ada rencana penting yang akan mereka diskusikan setelah ini.
“Rudi nanti datangkan?” tanya Dimas serius.
“Dia pasti datang kok, masa Rudi engga mau ketemu sama calon besan sih.”
Mereka bertiga terhanyut dalam kenangan manis, lima belas tahun lalu, tentang janji yang mereka ikrarkan saat itu hingga Rudi datang menghampiri tiga orang yang tengah terhanyut dengan kenangan masa lalu mereka.
***
Angelica kini menggunakan nama Bunga saat memasuki sekolah ini. Semua mata tertuju kepadanya bukan karena terkesima dengan wajahnya yang rupawan namun karena behel merah metalik itu. Lia berjalan jauh dari Bunga, ia ingin melihat seberapa besar nyali Bunga saat ini dan bagaimana Bunga menghadapi pandangan mata orang yang meremehkan dirinya.
Bruk…
Akibat terlalu sibuk memegang kacamatanya, Bunga tak melihat Liam yang datang dari arah berlawanan sehingga mereka bertabrakan. Bunga jatuh namun tak ada satupun yang terulur untuk menolong dirinya. Mereka semua sibuk menolong Liam dan memperhatikan kondisinya.