Pendidikan dengan sistem daring dapat memberikan peluang kepada seluruh pelajar untuk dapat menikmati proses pembelajaran dimana saja.Â
Thomas L. Friedman pernah memprediksikan bahwa perkuliahan ke depan mahasiswa cukup duduk di depan komputer yang tersambung jaringan internet, sudah bisa mengikuti perkuliahan meskipun tidak menyatakan hal itu akibat Covid-19.Â
Salah satu statement yang terkenal darinya adalah "The World is Flat" artinya adalah semakin lama, batasan antarnegara semakin menghilang. Seperti saat ini, akibat dari pandemi Covid-19 pembelajaran menjadi berbasis internet. Harusnya dengan momentum ini, para pendidik dan pelajar bisa semakin kreatif  serta bisa menjaring koneksi yang lebih  dari berbagai negara.
[1] Namun yang menjadi permasalahan seperti di Indonesia adalah pembelajaran jarak jauh ini mempengaruhi beberapa aspek seperti keefektifan pembelajaran, semakin tingginya ketimpangan, psikolgis, dan kesehatan. Dua aspek yang menjadi fokus saya disini adalah semakin tingginya ketimpangan dan psikologis.
Pertama, semakin tingginya ketimpangan terlihat dari perubahan proses pembelajaran.Â
Kini untuk mengikuti proses pembelajaran, setiap pengajar  dan pelajar dituntut untuk menyediakan fasilitas penunjang seperti laptop atau komputer dengan koneksi internet yang memadai.Â
Padahal tidak semua orang bisa menyediakan fasilitas tersebut, ditambah lagi kondisi ekonomi khususnya rakyat kecil semakin memburuk karena banyak yang kehilangan pekerjaan.Â
Jadi bagaimana bisa mengikuti pembelajaran jarak jauh? Selain itu, bagaimana dengan pelajar yang punya fasilitas namun tidak didukung dengan sinyal yang stabil dikarenakan posisi tempat tinggalnya berada di pelosok.Â
Jadi, tidak menutup kemungkinan jika semakin tingginya angka putus sekolah baru-baru ini. Hasil riset dari United Nations International Children's Emergency Fund (UNICEF) adalah 1 persen atau 938 anak berusia 7-18 tahun putus sekolah dikarenakan terdampak pandemi Covid-19. Dari jumlah tersebut, 74 persen putus sekolah karena masalah finansial.Â
Lembaga riset Oxfam juga berargumen bahwa pandemi ini telah menyebabkan ketimpangan di dunia semakin tinggi.Â
Pandemi membuat yang kaya tetap kaya bahkan bisa berpeluang semakin kaya lain halnya dengan yang miskin semakin miskin.Â