Mohon tunggu...
Saragih alam
Saragih alam Mohon Tunggu... Mahasiswa - Disela-sela liburan

Telah memperoleh S-1 Filsafat di Fakultas Filsafat Santo Thomas Medan

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Jika Seksualitas Buruk, Mengapa Tuhan Menciptakan Manusia yang Berseksual?

4 April 2022   10:41 Diperbarui: 4 April 2022   11:36 684
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Loneliness sering disebut kesepian atau kesendirian. Manusia adalah mahluk sosial, sehingga ia senantiasa ingin menjalin relasi dan komunikasi dengan yang lain. Namun ada kalanya  orang merasa sendirian dalam keramaian. Kesepian mengakibatkan keterpisahan. Kesepian ini dapat terjadi sementara dan berkepanjangan. Pada umumnya kesepian itu terjadi karena terpisah dari sahabat dan orang terdekat; disingkirkan komunitas; mendapat tugas baru yang tidak disukai; tidak dipahami oleh orang-orang sekitar; dan kehilangan relasi yang hangat.

Untuk menghadapi kesepian ini, pertama-tama kita harus mencari penyebab dari perasaan tersebut. Setelah menyadarinya, kita harus mulai menerima dan berdamai dengan situasi itu serta mulai mencari solusi atasnya. Meningkatkan kemampuan dalam berkomunikasi sangat penting pada tahab ini. Bagaimana kita mampu menyampaikan ide dengan baik serta mampu memahami orang lain dengan tepat pula. Semua usaha itu harus dipersembahkan bagi Allah. Menyerahkan semua pergumulan kita kepada Allah melalui doa dan penyerahan diri.

Mari menimba kekuatan dari Yesus yang mampu bertahan dalam kesepian empat puluh hari di padang gurun; menghadapi tuntutan orang Yahudi sendirian; ditinggalkan oleh para murid yang dicintaiNya; dan merasa ditinggalkan oleh Bapa di puncak salib. Yesus mampu bertahan dalam kesepianNya karena Ia sungguh dekat dengan Bapa, menyadari panggilanNya yakni melaksanakan kehendak Bapa, karena kasih kepada manusia, dan dibantu oleh ibu dan para muridNya.

Jika kesepian ini tidak diolah dengan cara yang tepat maka dapat mengakibatkan hal-hal yang merugikan diri sendiri dan orang lain. Sering kali orang yang terjatuh dalam dunia kriminal, pornografi, kecanduan kerja, melarikan diri dan narkotika adalah orang-orang yang mengalami kesepian. Dalam lefel yang lebih kecil, orang yang kesepian adalah mereka yang sering kali mudah sakit, merasa bingung, emosi tidak stabil, mengurung diri, tidak mau berbicara, menyendiri. Kadang seseorang yang sungguh bergiat dan tekun dalam bekerja dan berdoa adalah mereka yang mengalami loneliness.

Dalam hidup membiara, kadang ada beberapa orang yang mengalami kesepian rohani. Mungkin saja, seorang biarawan mempunyai banyak teman, hubungan dengan komunitas baik, pekerjaan juga baik, tetapi ia mengalami kesepian yang mendalam, hatinya kering, hidup seakan tidak memiliki makna, gelisah, tidak tenang, dsb. Gejala kekeringan rohani dapat diamati, misalnya orang merasa tidak tenang, tidak tahan duduk dalam doa, malas melakukan praktek hidup rohani, kendor dalam pelayanan, tidak memiliki prioritas, mulai meragukan panggilan, dan melakukan hal-hal yang bertentangan dengan hidup membiara.

Kekeringan rohani timbul karena orang terlalu sibuk dengan pelayanan dan lupa akan hidup rohani. Dengan alasan kerasulan, lupa berdoa, membaca kitab suci dan buku-buku rohani, ibadat, ekaristi, devosi, retret, dan rekoleksi. Harus diingat, "kita bukanlah pekerja sosial."

           c. Solitude

Solitude dapat kita pahami sebagai keheningan batin. Dalam bahasa jawa sering disebut semedi. Ini merupakan kesendirian yang positif. Ia ingin mengalami kesendirian bersama Allah. Untuk menjalin relasi yang intim dengan dirinya dan Allah. Keheningan batin adalah salah satu cara untuk lepas dari loneliness. Semua orang kudus memiliki solitude. Allah berkarya dan hadir melalui seluruh ciptaan yang ada disekitar kita. Untuk itu, kita membutuhkan keheningan untuk mendengar suara Allah dan mengetahui kehendakNya. Semakin seseorang mengenal dirinya dengan baik maka ia akan mampu membangun itimacy yang sehat dengan orang lain.

8. Memiliki psikoseksual yang matang

Agar memiliki hubungan yang sehat dengan diri sendiri dan orang lain, kita mesti memiliki pemahaman dan konsep diri yang benar. Mari melihat diri secara positif. Banyak orang tidak mampu menerima keadaan dirinya sehingga stres dan depresi. Baginya itu adalah kekurangan dan kelehaman yang perlu ditutupi dan dibuang. Untuk itu, ia mulai melakukan banyak hal seperti diet yang keras, olah raga yang keras, melakukan perawatan, memakai barang-barang yang mahal, dll. Semua itu hendak menutupi kekurang percayaan dirinya.

Orang yang matang akan menerima dirinya apa adanya. Ia tidak membenci dirinya tetapi bersyukur atas apa yang dia miliki. Ia mencintainya sehingga ia merawatnya dengan baik. Orang yang mampu menerima dirinya akan memiliki harga diri dan tentu orang yang telah yakin terhadap dirinya akan mampu menjalin relasi yang sehat dengan orang lain. Penerimaan diri akan membuat seseorang berkembang, seimbang, dan utuh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun