Mohon tunggu...
Saragih alam
Saragih alam Mohon Tunggu... Mahasiswa - Disela-sela liburan

Telah memperoleh S-1 Filsafat di Fakultas Filsafat Santo Thomas Medan

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Jika Seksualitas Buruk, Mengapa Tuhan Menciptakan Manusia yang Berseksual?

4 April 2022   10:41 Diperbarui: 4 April 2022   11:36 684
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh karena itu, sekualitas tidak perlu ditolak karena ia bagian utuh dari diri manusia yang sempurna. Ia hanya perlu disyukuri dan disalurkan dengan baik. Sebagai kaum religius, bagaimana kita mampu mewartakan, membagikan kasih serta mencintai orang lain padahal kita tidak dapat mencintai diri sendiri secara total.

Karena sekualitas itu bagaikan suatu api yang membara dan meluap-luap, maka jika tidak diarahkan dengan baik dapat merusak banyak hal. Namun jika ia dapat diintegrasikan dengan baik, maka akan menjadi indah dan membantu banyak orang.

7. Mengintegrasikan Antara Spritualitas dan Seksualitas

Dengan memiliki kesadaran penuh akan jati diri sebagai manusia yang berseksual dan berspritual, kita dimampukan untuk menerima diri secara total. Jika kita sudah mampu menerima diri, maka kita akan memiliki pemahaman yang tepat, benar, dan utuh akan keduanya. Marilah mempersembahkan segala hal yang kita alami kepada Allah. Menjalin relasi yang intim dengan Allah akan membantu kita untuk mengarahkan dorongan itu pada jalan yang benar.

Mari megembangkan cinta, intimacy, relasi yang hangat, compassion,  dan empati dalam hidup sehari-hari. Komitmen yang utuh atas panggilan akan membantu kita untuk mampu setia dalam usaha tersebut. Kita harus juga menyadari batas-batas yang harus kita buat dalam setiap tindakan kita. Hati nurani, akan menjadi rambu-rambu yang senantiasa mengingatkan kita pada jati diri kita sebagai kaum terpanggil. Mari meniru teladan para kudus dengan menghidupi askese untuk mengolah segala dorongan negatif.

          a. Intimacy

Intimacy adalah suatu relasi yang erat yang berlangsung lama. Di dalamnya ada kedekatan batin sehingga tercipta keterbukaan hati satu dengan yang lain. Relasi itu tidak mengaburkan kekhasan pribadi seseorang, namun semakin menegaskan dan mengukuhkan kepribadian kita yang berbeda. Bersahabat bukan berarti melebur menjadi satu, seia sekata baikan celana dan baju. Bersahabat juga dapat bersilang pendapat dan berbeda keyakinan. Persahabatan yang baik adalah tidak mengarahkan dan membentuk sahabatnya seperti yang dia pikirkan dan inginkan, tetapi menjadikannya semakin menjadi dirinya. Aku bukan poto kopi dari sahabatku. Dalam membangun persahabatan dibutuhkan komitmen.

Agar persahabatan itu tetap lestari, maka dibutuhkan cinta, yang diungkapkan dengan perhatian; empati; dukungan; kepercayaan; rasa hormat; penghargaan; kepercayaan; dan rasa aman. Kehangatan, kejujuran, dan saling menjaga kepercayaan penting dalam membangun persahabatan yang mendalam. Dibutuhkan juga kepekaan melihat kebutuhan dan situasi sahabatnya. Dalam menyampaikan sesuatu, kita harus memperhatikan perasaan lawan bicara kita. Memilih kata dan cara yang tepat dalam situasi yang tepat. Kedalaman persahabatan dirajut melalui komunikasi, maka tidak mungkin orang yang jarang berkomunikasi memiliki hubungan yang intens.

Bersahabat bukan berarti meniru hidup orang lain. Dalam persahatan yang intim dibutuhkan silang pendapat atau konflik. Relasi yang dibangun atas sikap ini akan semakin mempererat dan bukan sebaliknya meruntuhkan. Berbeda pendapat bukan berarti aku membenci dia. Menegur dengan cinta harus dimiliki dalam setiap persahabatan. Patut disadari, relasi yang semakin intens akan mengaburkan dan bahkan mematikan daya kritis kita terhadap sehabat kita. Persahabatan yang baik adalah persahabatan yang senantiasa menghidupkan kritik.

Persahabatan akan menjadi sehat jika di dalamnya ada keterbukaan, saling percaya, autentik dan tidak dibuat-buat, berani luka karena berkonflik, adanya relasi timbal balik (resiprok), satu dalam perbedaan, menghargai batas-batas kekhasan setiap priabadi, tidak ada indikasi untuk menggiring, hati-hati dan selektif, tidak takut ambil resiko, menggangkat persahabatan kepada Tuhan.

         b.  Loneliness/ Kesepian

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun