Hal itu nyata dalam pesta adat yang diselenggarakan boru. Keluarga pihak boru tidak akan pernah mengalami kerugian karena hulahula akan memberikan sumbangan yang besar (tumpak) kendatipun boru hanya memberikan sejumlah kecil uang (batu ni demban) kepada hulahula.
7.2 Adat Mulai Hilang
Dewasa ini nilai-nilai adat mulai hilang. Sudah banyak generasi muda yang tidak pernah mendengar bahwa hulahula disebut sebagai debata na tarida. Banyak orang tidak sungguh memahami lagi apa semangat dan nilai dibalik somba marhulahula.Â
Karena ketidaktahuan tersebut, adat hanya dilaksanakan berdasarkan formalitas, sehingga seiring berjalannya waktu adat tidak lagi dianggap penting.Â
Konsekuensinya orang tua tidak mengajarkan dan mewariskan lagi adat tersebut kepada keturunannya. Minat orang untuk mencari dan memperdalam adat cukup rendah.Â
Selain itu ada juga agama tertentu yang melarang penganutnya untuk menghidupi adat. Padahal agama dan adat tidak lah bertentangan tetapi integral. Iman tidak selayaknya terpisah dari kehidupan, bahkan harus mengakar di dalamnya.Â
Nilai-nilai yang terdapat dalam budaya, bila dicermati, disaring, dan diperbaharui dengan terang Injil dapat menjadi ungkapan otentik dan perwujudan nyata dari nilai iman kristiani.
8. Masukan dan Harapan
Diharapkan agar para imam yang berkarya di daerah Batak Toba sungguh memahami adat dengan baik yakni mampu menempatkan diri ketika berhadapan dengan hulahula, dongan tubu dan boru serta harus memahami relasi yang terdapat dalam ketiga unsur tersebut, sehingga iman dapat dibumikan dan diterima. Warta Gereja terus menerus menjernihkan dan mengangkat adat Batak Toba.Â
Dengannya kita dapat membuka dunia orang Batak Toba kepada nilai-nilai kristiani, dimana diwujudkan cinta persaudaraan sejati melampaui batas-batas hubungan darah dan kekeluargaan.Â
Jika hal itu terjadi maka gereja akan sungguh menjadi garam dan terang dalam masyarakat Batak Toba. Hal itu sesuai dengan, agama mentransformasi budaya dan budaya mewujudkan nilai-nilai agama.