Mohon tunggu...
Eko Gondo Saputro
Eko Gondo Saputro Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Menjadikan menulis sebagai salah satu coping mechanism terbaik✨

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Perlukah Indikator Nutri-Grade Kandungan Gula pada Setiap Rak Produk Makanan dan Minuman di Swalayan?

14 Juli 2024   19:17 Diperbarui: 15 Juli 2024   00:05 1117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seorang pelanggan sedang memilih produk minuman berpemanis dalam kemasan yang dijual di gerai Super Indo, Tangerang, Banten, Kamis (26/1/2023). (Foto: KOMPAS/DEONISIA ARLINTA)

Pemerintah juga sudah mulai bergerak untuk mencegah dampak buruk dari konsumsi makanan dan minuman manis kemasan yaitu salah satunya dengan pengenaan pajak minuman berpemanis. Namun, rencana kebijakan ini masih mengalami penundaan hingga saat ini sembari melihat proyeksi pemulihan ekonomi pasca pandemi covid-19.

Akan tetapi, terdapat satu gebrakan yang mungkin terlihat seperti tindakan kecil namun memiliki dampak yang besar dalam merubah pola konsumsi masyarakat. Di mana salah satu swalayan terbesar di Indonesia pertama kali membuat sebuah papan indikator nutri-grade kandungan gula pada setiap rak produk minuman berpemanis kemasan.

mothership.sg
mothership.sg

Apa itu nutri-grade?

Nutri-grade adalah sebuah label yang menjadi sistem penilaian nutrisi yang biasanya dapat ditemui pada produk makanan dan minuman untuk membantu masyarakat sebagai konsumen agar dapat membuat pilihan makanan yang lebih sehat.

Label atau tanda yang diberikan pada produk makanan dan minuman akan dikelompokkan menjadi beberapa tingkatan sesuai dengan kadar nutrisinya, terutama kadar gula, lemak, garam, dan kalori. Mungkin kita akan bertanya-tanya, apa fungsi dari nutri-grade ini? karena ketentuan dari nutrisi ini juga bisa kita temukan pada setiap kemasan produk.

Tetapi nutri-grade menawarkan sistem pelabelan yang menunjukkan tingkat kesehatan dari suatu produk makanan dan minuman tertentu. Biasanya pelabelan ini akan menggunakan skala huruf (A, B, C, D, E) atau warna yang nantinya akan menjadi indikator sehat atau tidaknya dari suatu produk.

Karena tidak semua orang akan membaca kandungan nutrisi pada kemasan suatu produk, pelabelan dari nutri-grade ini akan mempermudah konsumen untuk mendapatkan informasi nutrisi dari produk makanan dan minuman yang akan dibeli dan juga bisa menjadi pertimbangan untuk mendapatkan keputusan yang lebih baik tentang apa yang akan mereka konsumsi.

Oleh karena itu, dengan adanya nutri-grade ini, diharapkan konsumen akan lebih sadar akan kandungan nutrisi pada setiap produk makanan dan minuman yang mereka beli. Sehingga secara tidak langsung dapat merubah pola konsumsi ke arah yang lebih sehat dan dapat mendorong produsen makanan dan minuman untuk menjual produk-produk yang lebih sehat.

Implementasi nutri-grade ini sudah dilakukan di negara Singapura. Di mana penerapan sistem pelabelan nutri-grade ini diperuntukan untuk minuman kemasan. Produk minuman kemasan ini akan diberi label dengan kode warna dan huruf dari A hingga D untuk menunjukkan kadar gula dan kalori pada setiap produk.

  • Kelompok A: Minuman dengan grade A mengandung sedikit gula, tanpa pemanis, dan sedikit kandungan lemak jenuh. Rata-rata hanya mengandung kurang dari 1g gula per 100 ml.
  • Kelompok B: minuman grade B memiliki kadar gula dan lemak jenuh yang rendah. Minuman ini mengandung gula kurang dari 5g per 100 ml dan masih menjadi pilihan lebih sehat yang dianjurkan oleh pemerintah
  • Kelompok C: minuman dengan grade C mengandung banyak gula dan lemak jenuh. Minuman ini biasanya memiliki kandungan gula di rentang 5 sampai 10g per 100 ml dan pemerintah menghimbau untuk membatasi minuman pada grade tersebut.
  • Kelompok D: minuman dengan grade D merupakan minuman yang paling banyak mengandung gula lemak jenuh. Lebih dari 10g gula per 100 ml dapat ditemukan dalam minuman ini.

Studi dari Duke-NUS Medical School menunjukkan bahwa pelabelan nutri-grade yang dilakukan oleh Singapura telah berhasil mengurangi konsumsi gula sekitar 1,5 gram per porsi minuman berpemanis. Konsumen juga cenderung menjadi lebih selektif dan memilih minuman dengan kandungan gula yang lebih rendah ketika pelabelan nutri-grade ini diterapkan.

Selain itu, Kementerian Kesehatan Singapura juga menambahkan bahwa rata-rata kandungan gula dalam kemasan turun dari 5 menjadi 3 sendok teh per porsi 250 ml antara tahun 2007 dan 2017, sebagai dampak dari pelabelan gizi seperti Healthier Choice Symbol (HCS) dan Nutri-Grade.

Perlukah Indonesia menerapkan kebijakan serupa?

Jika mengacu pada contoh pengimplementasian nutri-grade yang dilakukan oleh Singapura, tentu kita sudah tahu bahwa ini memerlukan tekad dan inisiatif pemerintah dengan tujuan untuk mengurangi konsumsi gula pada makanan dan minuman kemasan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun