Sehingga ketika ada campur tangan pihak lain, maka para pendiri ini secara tidak langsung "dipaksa" untuk berbagi ide dan gagasan untuk tujuan bersama. Disinilah muncul sebuah perbedaan yang kemudian menghadirkan permasalahan baru yang bisa mempengaruhi masa depan dari perusahaan tersebut.
Sindrom founderitis muncul sebagai reaksi dari para founder atau pendiri perusahaan startup dalam menghadapi dinamika pertumbuhan perusahaan.Â
Di mana ketika perusahaan tumbuh dari suntikan dana investor, maka terdapat perubahan-perubahan yang kemudian dianggap sebagai perbedaan pandangan visi dan keinginan dengan para pendiri perusahaan startup sebelumnya.
Dr. Noam Wasserman, seorang professor dari Harvard Business School dalam tulisannya yang bertajuk "The Founder's Dillema" menjelaskan lebih lanjut mengenai berbagai permasalahan yang dihadapi oleh berbagai para pendiri perusahaan yang ada di Amerika Serikat.
Dalam penelitiannya terhadap 212 perusahaan yang baru merintis di amerika pada akhir tahun 1990-an hingga awal 2000-an, beliau menemukan bahwa sebagian besar dari perusahan tersebut "menyerah".
Dari berbagai alasan dibalik kata menyerah itu, ada salah satu alasan yang berhubungan dengan para pendiri yang mengalami culture shock ketika perusahaannya sudah berhubungan dengan pihak lain yaitu investor.Â
Dalam hal ini, investor mempengaruhi kendali dan jalannya perusahaan hingga bahkan banyak dari mereka yang ingin menyingkirkan para pendiri ini dari posisinya tersebut.
Hal ini bahkan pernah terjadi pada perusahaan penyedia layanan transportasi "Uber" di mana Travis Kalanic sebagai pendiri dari Uber mengundurkan diri dari jabatannya sebagai CEO pada tahun 2017 diakibatkan oleh kontroversi dan tekanan dari pemegang saham (investor) terkait kebijakan perusahaan dan budaya kerja.
Oleh karena itu terdapat dua pilihan dalam situasi ini, pendiri perusahaan mengalah dan tidak lagi menjabat sebagai CEO/Founder atau mundur dari perusahaan. Banyak dari para pendiri yang lebih memilih mundur dibandingkan harus turun dari jabatan di perusahaannya sendiri.
Dari sini permasalahan-permasalahan lain seperti transisi kepemimpinan yang dapat mempengaruhi para karyawan yang loyal pada pendiri perusahaan awal. Cara para pendiri ini untuk mundur kerap kali membuat dan menghancurkan perusahaan yang masih dalam tahap merintis.