Mohon tunggu...
Eko Gondo Saputro
Eko Gondo Saputro Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Menjadikan menulis sebagai salah satu coping mechanism terbaik✨

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Mengenal Sindrom Founderitis: Dilema Para Pendiri Perusahaan Startup dalam Menghadapi Dinamika Pertumbuhan

21 Juni 2024   16:55 Diperbarui: 23 Juni 2024   04:37 628
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Prostock-studio | stock.adobe.com

Sehingga ketika ada campur tangan pihak lain, maka para pendiri ini secara tidak langsung "dipaksa" untuk berbagi ide dan gagasan untuk tujuan bersama. Disinilah muncul sebuah perbedaan yang kemudian menghadirkan permasalahan baru yang bisa mempengaruhi masa depan dari  perusahaan tersebut.

Sindrom founderitis muncul sebagai reaksi dari para founder atau pendiri perusahaan startup dalam menghadapi dinamika pertumbuhan perusahaan. 

Di mana ketika perusahaan tumbuh dari suntikan dana investor, maka terdapat perubahan-perubahan yang kemudian dianggap sebagai perbedaan pandangan visi dan keinginan dengan para pendiri perusahaan startup sebelumnya.

Sumber: glenngow.com
Sumber: glenngow.com

Dr. Noam Wasserman, seorang professor dari Harvard Business School dalam tulisannya yang bertajuk "The Founder's Dillema" menjelaskan lebih lanjut mengenai berbagai permasalahan yang dihadapi oleh berbagai para pendiri perusahaan yang ada di Amerika Serikat.

Dalam penelitiannya terhadap 212 perusahaan yang baru merintis di amerika pada akhir tahun 1990-an hingga awal 2000-an, beliau menemukan bahwa sebagian besar dari perusahan tersebut "menyerah".

Dari berbagai alasan dibalik kata menyerah itu, ada salah satu alasan yang berhubungan dengan para pendiri yang mengalami culture shock ketika perusahaannya sudah berhubungan dengan pihak lain yaitu investor. 

Dalam hal ini, investor mempengaruhi kendali dan jalannya perusahaan hingga bahkan banyak dari mereka yang ingin menyingkirkan para pendiri ini dari posisinya tersebut.

Hal ini bahkan pernah terjadi pada perusahaan penyedia layanan transportasi "Uber" di mana Travis Kalanic sebagai pendiri dari Uber mengundurkan diri dari jabatannya sebagai CEO pada tahun 2017 diakibatkan oleh kontroversi dan tekanan dari pemegang saham (investor) terkait kebijakan perusahaan dan budaya kerja.

Oleh karena itu terdapat dua pilihan dalam situasi ini, pendiri perusahaan mengalah dan tidak lagi menjabat sebagai CEO/Founder atau mundur dari perusahaan. Banyak dari para pendiri yang lebih memilih mundur dibandingkan harus turun dari jabatan di perusahaannya sendiri.

Dari sini permasalahan-permasalahan lain seperti transisi kepemimpinan yang dapat mempengaruhi para karyawan yang loyal pada pendiri perusahaan awal. Cara para pendiri ini untuk mundur kerap kali membuat dan menghancurkan perusahaan yang masih dalam tahap merintis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun