Generasi muda tidak pernah bosan melahirkan pola pemikiran dan trend baru dalam lingkungan masyarakat. Selain karena zaman yang terus maju, informasi yang saat ini dengan mudah untuk diakses oleh masyarakat membuat tatanan sosial di kalangan anak muda pun terus mengalami perubahan secara dinamis.
Apalagi saat ini setiap anak muda pasti hampir semuanya memiliki social media. Di mana social media saat ini seolah menjadi tempat mereka untuk ajang unjuk diri. Sebenarnya ini bisa dimaknai dengan dua sisi yaitu sisi positif dan sisi negatif.
Mereka yang bisa memanfaatkan social media dengan baik, maka ajang ujuk diri ini dapat dijadikan sebagai sebuah media kreatif sehingga bisa menghasilkan konten yang menarik dan mampu menghasilkan uang yang bisa menjadi pendapatan pribadi.
Tetapi jika mereka tidak menggunakannya dengan baik, maka ajang ujuk diri hanyalah sebagai bentuk dari kegiatan yang tidak berfaedah dan biasanya akan menjerus ke arah flexing.Â
Di mana orang-orang akan berlomba untuk memerkan barang-barang atau kegiatan mahalnya yang kemudian akan menimbulkan berbagai permasalahan lain dalam kehidupan sosial masyarakat.
Saat ini yang sedang hits dilakukan oleh banyak muda di social media adalah berlomba-lomba mengikuti tren terkini. Dalam hal ini biasanya terdapat sebuah tren yang digagas oleh seorang atau sekelompok orang yang kemudian akhirnya diikuti oleh orang-orang yang berada di sosial media.
Misalnya, tren menari dengan lagu terbaru yang ada di social media TikTok, mencoba mendatangi tempat-tempat hits yang masih belum banyak orang datangi, hingga kebiasaan atau aktivitas menarik yang membuat banyak orang ingin mencobanya sebagai sebuah pengalaman baru yang bisa menarik perhatian pengguna sosial media lainnya.
Beberapa waktu ini banyak anak muda yang sedang mengikutin tren life style "slow living" dengan pergi dan menetap ke daerah lain baik di dalam maupun luar negeri.Â
Tren ini muncul sebagai bentuk perhatian anak muda terhadap isu kesehatan mental dengan cara hidup menyepi di tempat yang jauh dari rumah dan mencoba memperbaiki diri.
Meskipun sarat akan makna, namun banyak juga yang akhirnya melakukan tren ini sebagai kegiatan traveling 'hemat biaya' sehingga mereka bisa memanfaatkan masa mudanya dengan pergi ke berbagai tempat, yang kemudian bisa mereka abadikan melalui konten video yang dibagikan di platform social media seperti Youtube dan bisa mendapatkan pundi-pundi uang dari kegiatan tersebut.