Mohon tunggu...
Eko Gondo Saputro
Eko Gondo Saputro Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Menjadikan menulis sebagai salah satu coping mechanism terbaik✨

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Fenomena "Social Climber" yang Melahirkan Tren Industri Bisnis baru

24 Oktober 2023   20:30 Diperbarui: 25 Oktober 2023   06:57 899
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo Credit: MARTA PARSZENIEW

Social media merupakan suatu platform di mana seseorang bisa mengekspresikan dirinya disana. Mulai dari menunjukkan suatu keahlian, kegemaran, bahkan hingga menunjukkan bagaimana keunikan dari sisi kehidupannya sehari-hari.

Namun terkadang apa yang ditunjukkan di social media tidak sepenuhnya menggambarkan si pengguna di kehidupan nyatanya. Justru saat ini social media merupakan tempat seseorang menunjukkan kepalsuan hidupnya agar bisa mendapatkan perhatian dan validasi dari lingkungan sosial.

Beberapa waktu lalu warganet pada platform social media X dihebohkan dengan kemunculan sebuah "bisnis" yang menyediakan layanan jasa jual beli foto yang bisa digunakan seseorang untuk membangun personal brandingnya, bahkan bagi beberapa orang bisa digunakan sebagai ajang pamer kemewahan di social media.

Fenomena lahirnya tren bisnis ini juga secara alami dapat muncul sebagai akibat dari adanya fenomena "social climber" yang menjalar pada tatanan kehidupan sosial masyarakat. 

Menurut Cambridge Dictionary, social climber adalah seseorang yang mencoba ingin meningkatkan posisi stastus sosialnya dengan cara menjadi sangat ramah kepada orang-orang dari kelas sosial yang lebih tinggi.

Sumber: haskanwrites.com
Sumber: haskanwrites.com

Social climber secara sederhana diartikan sebagai perilaku seseorang yang ingin menciptakan "citra" mewah atau kaya raya agar merasa atau ingin dipandang sebagai seseorang dari kelas sosial yang tinggi. 

Namun perilaku social climber yang terjadi saat ini tidak sama seperti apa yang didefinisikan, tetapi jauh lebih daripada itu dan dapat dilakukan dengan mudah melalui social media.

Fenomena social climber yang terjadi di social media bukan dengan cara mendekati pengguna social media lainnya (kelas sosial lebih tinggi) tetapi seseorang dapat melakukannya dengan cara membuat personal branding dirinya yang "palsu" agar terlihat seperti seseorang dari kelas sosial yang tinggi.

Kerap kali kita menemukan ungkapan "jangan percaya apa yang kita lihat melalui social media". Ini merupakan sebuah fakta yang terjadi saat ini, di mana seseorang dapat dengan mudah membuat dirinya berbeda antara di social media dan kehidupan nyatanya. Bukan dari sisi perilaku, tetapi bagaimana seseorang menunjukkan kelas sosialnya pada masyarakat melalui media sosial.

Dunia dan pola perilaku pengguna social media

Saat ini dunia sedang dihadapkan dengan pola perilaku pengguna social media yang mengarah kepada budaya "flexing" atau menunjukkan kemewah-mewahan. 

Kita sebut saja platform social media Tiktok, yang dapat dikatakan sebuah wadah yang membuat pola perilaku ini dapat menyebar diseluruh dunia dan kepada berbagai lapisan masyarakat dengan cepat.

Misalnya dengan adanya trend video tiktok dengan tagar #richboycheck atau di mana tren ini berisi konten tentang bagaimana seseorang menunjukkan kekayaannya dengan berbagai macam barang mewah miliknya. 

Mulai dari pakaian dan sepatu bermerk, jam tangan mewah, tumpukkan uang, bahkan beberapa orang juga tak segan untuk menunjukkan isi rumah mewah mereka.

Maka tidak mengherankan jika banyak orang-orang yang merasa terinspirasi dan menjadikannya sebagai ajang unjuk diri di platform social media. Tak banyak orang bisa melalukan tren ini dengan mudah, sehingga banyak orang yang mengambil jalan pintas dengan konsep "berpura-pura" agar bisa masuk ke dalam tren ini.

Dari sini berbagai macam cara dilakukan, mulai dari mengedit foto dengan aplikasi photoshop secara berlebihan bahkan hingga menyewa barang-barang mewah. 

Pola perilaku ini yang kemudian secara tidak sadar menyebabkan permasalahan baru. Misalnya seperti terjerat dengan hutang yang besar atau bahkan yang lebih parah lagi hingga tindak kriminal.

Kemunculan bisnis baru dari fenomena social climber dan flexing

Tren flexing kemudian mencipatakan pola perilaku social climber di kalangan masyarakat dan secara tidak langsung menciptakan industrinya sendiri. 

Tentu saja ketika tersedianya sebuah industri, maka di dalamnya akan memiliki nilai bisnis yang dapat menghasilkan sebuah keuntungan bagi para pihak tertentu yang mampu mengelola peluang ini dengan baik.

Sumber: Tangkapan Layar Hp (Pribadi)
Sumber: Tangkapan Layar Hp (Pribadi)

Kemunculan bisnis tersebut baru-baru ini juga menjadi topik hangat dalam diskusi sebuah thread pada platform social media X. Di mana salah satu pengguna social media X membahas mengenai bagaimana saat ini kita tidak bisa mempercayai apa yang kita lihat pada diri seseorang di social medianya. 

Pembahasannya juga mengerucut tentang bagaimana seseorang dalam membangun personal brandingnya dengan pura-pura, dan ini bisa terwujud dengan cara "membelinya".

Imbas dari perilaku flexing pada sebagian besar pengguna social media membuat keinginan orang-orang untuk melakukan hal serupa juga semakin besar, maka dari sini akan menciptakan sebuah permintaan yang besar juga. Kemudian ini yang menyebabkan munculnya sebuah industri bisnis yang bertujuan untuk bisa memenuhi permintaan akan hal tersebut.

Bisnis yang menyediakan sebuah layanan untuk memenuhi hasrat pengguna social media untuk tampil mewah dan terlihat seperti seseorang pada kelas sosial atas dapat kita temui dengan mudah pada platform aplikasi pesan singkat Telegram. 

Berbagai macam akun "menjual" hal-hal yang bisa membuat orang dapat membangun personal brandingnya yang mewah dan diperjual-belikan dengan berbagai macam harga yang berbeda.

Produk yang diperjual-belikan rata-rata merupakan berbagai jenis foto yang menunjukkan barang-barang mewah, hingga aktivitas yang dilakukan tempat-tempat yang dianggap sudah menjadi simbol kelas sosial atas. Yang tak kalah mengejutkan adalah penjualan foto dari hasil tangkapan layar (screenshot) yang diambil dari smartphone merk ternama Apple.

Bagi banyak orang mungkin akan mengira, apa yang membuatnya menjadi spesial sehingga foto hasil tangkapan layar pun bisa menjadi sebuah produk yang diperjual-belikan. 

Ternyata tangkapan layar dari smartphone Apple berbeda dari smartphone lainnya, sehingga ini dapat menunjukkan bahwa si pengguna social media tersebut merupakan pengguna smartphone yang dikenal dengan kemewahan dan harganya yang mahal tersebut.

Sumber: iStock/Deagreez
Sumber: iStock/Deagreez

Lalu, apa yang membuat seseorang ingin terlihat kaya di social media?

Beberapa penelitian menyebutkan bahwa perilaku seseorang yang gemar ingin terlihat kaya dengan barang mewah biasanya berhubungan dengan sifat narsistik atau anggapan bahwa dirinya sosok yang penting, gemar dengan perhatian, dan merasa dirinya lebih baik daripada orang lain.

Sedikides dan Hart pada penelitiannya mengenai narisisme dan konsumsi yang mencolok menjelaskan poin penting tentang konsumsi seorang narsisme yang dilihat dari alasan mereka melakukan konsumsi tersebut. 

Penelitian ini memiliki dua alasan yang menarik tentang seorang narsisme dalam melakukan konsumsi, salah satunya adalah dari sisi materialisme, dan makna hidup.

Narsisme memiliki hubungan yang positif dengan materliasime. Begitu juga dengan materialisme dan konsumsi yang mencolok. Bahkan sebuah studi menunjukkan bahwa martialisme menjembatani hubungan antara narsisme dan prefensi terhadap barang mewah.

Makna hidup biasanya berhubungan dengan kondisi psikologis seseorang. Di mana seseorang yang memiliki sifat narsisme memaknai perilakunya sebagai sesuatu yang memiliki tujuan.

Seorang narsisme mendapatkan makna dari "materi" dan secara khusus mengejar tujuan ekstrinsik (misalnya kesuksesan finansial, kelas status sosial yang tinggi, dan ketenaran), yang kemudian akan memotivasi dan memuaskan dirinya sendiri dalam bentuk pujian atau penghargaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun