Kemunculan bisnis tersebut baru-baru ini juga menjadi topik hangat dalam diskusi sebuah thread pada platform social media X. Di mana salah satu pengguna social media X membahas mengenai bagaimana saat ini kita tidak bisa mempercayai apa yang kita lihat pada diri seseorang di social medianya.Â
Pembahasannya juga mengerucut tentang bagaimana seseorang dalam membangun personal brandingnya dengan pura-pura, dan ini bisa terwujud dengan cara "membelinya".
Imbas dari perilaku flexing pada sebagian besar pengguna social media membuat keinginan orang-orang untuk melakukan hal serupa juga semakin besar, maka dari sini akan menciptakan sebuah permintaan yang besar juga. Kemudian ini yang menyebabkan munculnya sebuah industri bisnis yang bertujuan untuk bisa memenuhi permintaan akan hal tersebut.
Bisnis yang menyediakan sebuah layanan untuk memenuhi hasrat pengguna social media untuk tampil mewah dan terlihat seperti seseorang pada kelas sosial atas dapat kita temui dengan mudah pada platform aplikasi pesan singkat Telegram.Â
Berbagai macam akun "menjual" hal-hal yang bisa membuat orang dapat membangun personal brandingnya yang mewah dan diperjual-belikan dengan berbagai macam harga yang berbeda.
Produk yang diperjual-belikan rata-rata merupakan berbagai jenis foto yang menunjukkan barang-barang mewah, hingga aktivitas yang dilakukan tempat-tempat yang dianggap sudah menjadi simbol kelas sosial atas. Yang tak kalah mengejutkan adalah penjualan foto dari hasil tangkapan layar (screenshot) yang diambil dari smartphone merk ternama Apple.
Bagi banyak orang mungkin akan mengira, apa yang membuatnya menjadi spesial sehingga foto hasil tangkapan layar pun bisa menjadi sebuah produk yang diperjual-belikan.Â
Ternyata tangkapan layar dari smartphone Apple berbeda dari smartphone lainnya, sehingga ini dapat menunjukkan bahwa si pengguna social media tersebut merupakan pengguna smartphone yang dikenal dengan kemewahan dan harganya yang mahal tersebut.
Lalu, apa yang membuat seseorang ingin terlihat kaya di social media?