Tetapi yang mengherankan adalah justru ketika sudah mencapai titik utilitas atau kepuasan maksimum para pemain terus bermain hingga akhirnya mendapatkan kekalahan, bahkan ketika kekalahan terjadi secara terus-menerus pun mereka tidak berhenti untuk bermain judi online.Â
Lebih lanjut lagi Cameron dkk dalam penelitiannya mengenai model ekonomi tentang perilaku seseorang yang mendasari perilaku perjudian meskipun sudah tahu bahwa kegiatannya menghasilkan utilitas atau kepuasan negatif.
Dari beberapa asumsi dalam penelitian tersebut didapatkan sebuah kesimpulan besar bahwa seseorang melakukan judi karena tidak bisa menghindari risiko, merasa judi adalah sebuah kesenangan, mengabaikan kemungkinan terburuk, serta adanya kemudahan akses terhadap permainan judi tersebut. Hal ini membuat seseorang memiliki kencendrungan yang besar untuk terus memainkan permainan illegal tersebut.
Keinginan terus bermain judi online pun tidak hanya meningkat saja, tetapi biasanya diikuti dengan kegigihan dan jumlah taruhan yang dilakukan para pemain yang terus bertambah juga.Â
Ketika mereka berada pada titik ini, maka mereka menganggap bahwa lingkungan dalam permainan judi cenderung membuat mereka berasumsi bahwa bertaruh dalam jumlah yang besar akan lebih baik dan mempertemukan mereka dengan kemenangan yang besar.
Oleh karena itu, ketika seseorang ingin mencoba permainan judi baik itu konvensional maupun online akan besar kemungkinannya terjebak dalam kondisi yang buruk dan tidak dapat dihindari.Â
Sehingga meskipun teori ekonomi berkata bahwa utilitas atau kepuasan seseorang yang berada pada tingkat maksiumum kemudian akan menurun ketika menambah konsumsinya lagi, tetapi tidak dengan kegiatan permainan judi ini.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H