Saya meyakini, Â makanan dan minuman yang pernah kita nikmati dapat meninggalkan kenangan atau memori. Itulah sebabnya ketika mengunjungi suatu tempat, Â saya selalu menyempatkan diri mencicipi hidangan khasnya.
Selain untuk menambah khasanah dan wawasan saya tentang aneka ragam kuliner yang ada, juga untuk meninggalkan jejak memori di dalam ingatan mengenai tempat yang pernah saya datangi. Â
Hobi saya memang kulineran. Â Rasanya belum sah pergi ke suatu tempat kalau belum mencoba makanan yang menjadi ciri khasnya. Untungnya lidah saya mudah beradaptasi dengan segala rasa. Batasannya cuma tidak dilarang oleh agama, pasti dengan senang hati saya mencobanya. Meskipun orang sering tidak percaya, karena postur tubuh saya yang mungil tidak menggambarkan kalau makan adalah hobi saya.
Jadi saya jarang melewatkan kesempatan mencicipi hidangan yang baru pertama saya jumpa. Â Seperti hari Sabtu, Â tanggal 11 Agustus 2018 lalu, Â bersama dengan teman-teman dari Kompasianer Jogja, kami memperoleh undangan dari Pak Fabian Budi, owner dari Sate Ratuuntuk mencicipi hidangan yang menjadi unggulan di sana.
Tidak cuma itu saja, Â kami juga memperoleh previllage untuk mendengarkan kisah Pak Fabian Budi tentang sejarah warungnya. Penasaran juga dengan kisahnya? Â Yuk, simak cerita saya...
Dari Angkringan Ratu menjadi Kedai Sate Ratu
Sore itu, Â sesuai kesepakatan dengan teman-teman Kompasianer Jogja, Â saya meluncur dengan gojek menuju sebuah food court yang ada di bilangan Jalan Magelang Km 6 Jogja. Sebuah plang besar bertuliskan Jogja Paradise Food Court keliatan berdiri megah. Ke sanalah tujuan saya, menuju salah satu tenan bernama Sate Ratu.
Bukan tanpa alasan keputusan pindah dilakukan, Â tidak lain karena melihat jumlah pengunjung yang kian hari kian bertambah sehingga perlu untuk menyediakan tempat yang lebih luas dan nyaman.
Sate ratu ini memang istimewa. Usaha yang didirikan oleh pasangan suami istri, Fabian Budi dan Maria watampone pada bulan Juli 2015 ini awalnya berkonsep angkringan modern yang diberi nama Angkringan Ratu.Â
Setelah mengamati perkembangan usaha kulinernya, akhirnya Fabian Budi memutuskan untuk mengubah Angkringan Ratu menjadi kedai yang diberi nama Sate Ratu dan berpindah alamat yang semula di Jl. Solo (sebelah timur galeri mall) ke Jogja Paradise Food Court pada bulan Maret 2016 dengan mengusung 3 menu unggulan yakni sate merah, sate lilit (sekarang menjadi lilit basah), Â dan ceker tugel. Ketiganya merupakan menu-menu paling laris di Angkringan Ratu saat itu. Â
Fabian Budi sendiri tadinya adalah seorang karyawan di dunia entertainment yang memutuskan resign demi menuruti kata hatinya untuk menekuni bisnis kuliner. Dunia kuliner terutama di Jogja memang tidak ada matinya. Â Terlebih status jogja sebagai kota wisata yang memiliki daya tarik tersendiri bagi wisatawan lokal maupun manca untuk mengunjunginya. Â Rupanya peluang sekaligus tantangan ini yang kemudian ditangkap oleh Fabian Budi dan istri. Â
Saat ini sudah sekitar 2 tahun kedai Sate Ratu berdiri. Â Dan terbukti menu-menu yang ditawarkan Sate Ratu diterima oleh masyarakat tidak hanya lokal namun juga manca. Â Tercatat tidak kurang dari 2000 pengunjung yang berasal dari 60 negara yang sudah menikmati sajian Sate Ratu ini.
Sentuhan personal dan keakraban Pak Fabian Budi dan istri dalam melayani para pelanggan menjadi salah satu faktor semakin banyaknya pengunjung di Sate Ratu ini. Sehingga tidak heran pemasaran Sate Ratu lebih banyak dari mulut ke mulut, tidak lewat media iklan.
"Yang jelas saling menguntungkan," Â tandas Pak Fabian Budi menutup obrolannya, sesaat setelah sate merah dan lilit basah terhidang di atas meja dengan bau harum yang menyebar ke mana-mana seperti memanggil-manggil kami untuk segera mencicipinya.
Tentang Menu di Sate Ratu
Sesuai dengan namanya, menu yang dijual di Sate Ratu adalah sate, tepatnya sate ayam. Sate adalah kuliner khas yang konon asli dari Indonesia, khususnya Jawa yang kemudian meluas ke seluruh nusantara dengan berbagai variasi olahan.
Ada yang bumbu kacang, bumbu kecap, atau diolah dengan cara yang lainnya. Â Seperti sate ratu ini, Â pengolahannyapun tidak seperti biasanya. Hasil dari uji coba resep Pak Fabian Budi dan istri, Â akhirnya terciptalah menu sate merah, lilit basah, dan ceker tugel.
Diantara ketiganya, sate merah adalah menu yang paling banyak disuka. Dan kali ini kesempatan saya untuk membuktikannya.
Sate ini menggunakan bumbu yang berbeda dengan sate kebanyakan. Â Bukan bumbu kecap atau kacang, Â melainkan campuran antara cabai dan bumbu-bumbu lain yang digunakan untuk merendam selama 3 jam potongan daging ayam yang akan disate. Potongan daging yang digunakan cukup besar, Â berasal dari bagian paha dari ayam potong.
Menu lain yang juga saya coba adalah lilit basah. Â Sebenarnya menu ini adalah improvisasi dari sate lilit Bali. Â Terbuat dari daging ayam yang digiling dan ditambah aneka bumbu dan rempah minus parutan kelapa, Â yang dikukus dan dibentuk kotak seperti korned. Â Tadinya lilit basah ini menggunakan tusuk sate juga, Â cuma demi efisiensi dalam pembuatan, akhirnya tusuk sate tidak dipakai dan diganti dengan mencetak gilingan daging tersebut. Â
Setelah mencicipi hidangan dari sate ratu ini, Â saya semakin yakin kalau Sate Ratu adalah ratunya sate di Kota Jogja yang patut menjadi idola. Benar-benar rasa premium dalam balutan suasana sederhana yang patut untuk dicoba.
Jadi kalau teman-teman sedang berkunjung ke kota Jogja, Â lengkapi kenangan tentang kota Jogja dengan mencicipi kelezatan sate merah, Â menu unggulan dari Sate Ratu. Dan kalau nanti teman-teman kangen dengan cita rasa sate merah, padahal belum bisa ke Jogja, Â teman-teman tidak perlu khawatir. Karena sate ratu juga menjual bumbu merah. Bumbu yang digunakan untuk membuat sate merah ala Sate Ratu. Â Dengan berat 300 gram, bumbu merah ini dijual dengan harga Rp. Â 40.000,- saja. Asyik kan?
Ditunggu ya, salam....
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI