Diantara ketiganya, sate merah adalah menu yang paling banyak disuka. Dan kali ini kesempatan saya untuk membuktikannya.
Sate ini menggunakan bumbu yang berbeda dengan sate kebanyakan. Â Bukan bumbu kecap atau kacang, Â melainkan campuran antara cabai dan bumbu-bumbu lain yang digunakan untuk merendam selama 3 jam potongan daging ayam yang akan disate. Potongan daging yang digunakan cukup besar, Â berasal dari bagian paha dari ayam potong.
Menu lain yang juga saya coba adalah lilit basah. Â Sebenarnya menu ini adalah improvisasi dari sate lilit Bali. Â Terbuat dari daging ayam yang digiling dan ditambah aneka bumbu dan rempah minus parutan kelapa, Â yang dikukus dan dibentuk kotak seperti korned. Â Tadinya lilit basah ini menggunakan tusuk sate juga, Â cuma demi efisiensi dalam pembuatan, akhirnya tusuk sate tidak dipakai dan diganti dengan mencetak gilingan daging tersebut. Â
Setelah mencicipi hidangan dari sate ratu ini, Â saya semakin yakin kalau Sate Ratu adalah ratunya sate di Kota Jogja yang patut menjadi idola. Benar-benar rasa premium dalam balutan suasana sederhana yang patut untuk dicoba.
Jadi kalau teman-teman sedang berkunjung ke kota Jogja, Â lengkapi kenangan tentang kota Jogja dengan mencicipi kelezatan sate merah, Â menu unggulan dari Sate Ratu. Dan kalau nanti teman-teman kangen dengan cita rasa sate merah, padahal belum bisa ke Jogja, Â teman-teman tidak perlu khawatir. Karena sate ratu juga menjual bumbu merah. Bumbu yang digunakan untuk membuat sate merah ala Sate Ratu. Â Dengan berat 300 gram, bumbu merah ini dijual dengan harga Rp. Â 40.000,- saja. Asyik kan?
Ditunggu ya, salam....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H