Mohon tunggu...
Sapti Nurul hidayati
Sapti Nurul hidayati Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Ibu rumah tangga

Mantan ibu bekerja, yang sekarang jadi IRT biasa. Suka hal-hal yang berbau sejarah. Sedang belajar menulis lewat aktifitas ngeblog. Membagikan cerita dan tulisan di blog pribadi https://www.cerryku.com

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Berkenalan dengan Sate Ratu, Ratunya Sate dari Kota Jogja

16 Agustus 2018   12:27 Diperbarui: 28 Februari 2020   23:57 1506
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diantara ketiganya, sate merah adalah menu yang paling banyak disuka. Dan kali ini kesempatan saya untuk membuktikannya.

Sate ini menggunakan bumbu yang berbeda dengan sate kebanyakan.  Bukan bumbu kecap atau kacang,  melainkan campuran antara cabai dan bumbu-bumbu lain yang digunakan untuk merendam selama 3 jam potongan daging ayam yang akan disate. Potongan daging yang digunakan cukup besar,  berasal dari bagian paha dari ayam potong.

Proses pembakaran sate (doc. Pri)
Proses pembakaran sate (doc. Pri)
Setelah Itu ayam dibakar selama beberapa waktu untuk menghasilkan tingkat kematangan medium.  Sehingga menghasilkan ayam yang bertekstur empuk, juicy,  dengan cita rasa gurih,  manis,  dan pedas yang nagih, dengan tampilan warna merah berkilat yang cantik.

Sate merah (doc. Pri)
Sate merah (doc. Pri)
Satu porsi berisi 6 tusuk sate dengan barisan daging yang padat di setiap tusuknya. Benar-benar porsi yang cukup mengenyangkan bagi saya.  Harga yang dibandrol pun cukup masuk akal,  yakni Rp. 23.000,- per porsi,  dan Rp.  4000,- untuk nasi putihnya.  

Menu lain yang juga saya coba adalah lilit basah.  Sebenarnya menu ini adalah improvisasi dari sate lilit Bali.  Terbuat dari daging ayam yang digiling dan ditambah aneka bumbu dan rempah minus parutan kelapa,  yang dikukus dan dibentuk kotak seperti korned.  Tadinya lilit basah ini menggunakan tusuk sate juga,  cuma demi efisiensi dalam pembuatan, akhirnya tusuk sate tidak dipakai dan diganti dengan mencetak gilingan daging tersebut.  

Lilit basah (doc. Pri)
Lilit basah (doc. Pri)
Satu porsi berisi 4 potong lilit basah dengan ukuran yang lumayan besar. Disajikan bersama taburan bawang goreng,  potongan timun,  dan sedikit kuah. Rasa dari lilit basah ini  cukup gurih, dan lembab.  Hanya saja karena lilit basah ini tidak melalui proses pembakaran, maka ketika disajikan aroma sate merah lebih kuat dan lebih menerbitkan selera makan.  Jadi dalam hal ini sate merah adalah favorit saya. Tetapi lagi-lagi ini masalah selera.

Setelah mencicipi hidangan dari sate ratu ini,  saya semakin yakin kalau Sate Ratu adalah ratunya sate di Kota Jogja yang patut menjadi idola. Benar-benar rasa premium dalam balutan suasana sederhana yang patut untuk dicoba.

Jadi kalau teman-teman sedang berkunjung ke kota Jogja,  lengkapi kenangan tentang kota Jogja dengan mencicipi kelezatan sate merah,  menu unggulan dari Sate Ratu. Dan kalau nanti teman-teman kangen dengan cita rasa sate merah, padahal belum bisa ke Jogja,  teman-teman tidak perlu khawatir. Karena sate ratu juga menjual bumbu merah. Bumbu yang digunakan untuk membuat sate merah ala Sate Ratu.  Dengan berat 300 gram, bumbu merah ini dijual dengan harga Rp.  40.000,- saja. Asyik kan?

Bumbu merah
Bumbu merah
Jadi, yuk ke Sate Ratu yang buka dari Senin-Sabtu, pukul 11.00-21.00 WIB. Dan nikmati kelezatan sate ayam yang beda dari biasanya. 

Ditunggu ya, salam....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun