Mohon tunggu...
Sapti Nurul hidayati
Sapti Nurul hidayati Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Ibu rumah tangga

Mantan ibu bekerja, yang sekarang jadi IRT biasa. Suka hal-hal yang berbau sejarah. Sedang belajar menulis lewat aktifitas ngeblog. Membagikan cerita dan tulisan di blog pribadi https://www.cerryku.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Kemeriahan yang Bakal Hadir dalam Pekan Budaya Tionghoa di Kampung Ketandan

12 Februari 2018   16:39 Diperbarui: 12 Februari 2018   17:47 1224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemilihan Kampung Ketandan sebagai pusat kegiatan dalam pekan budayaTionghoa bukan tanpa alasan. Hal tersebut tidak lepas dari sosok Tan Jin Sing. Seorang kapiten Tionghoa yang menetap di Jogja sejak tahun 1803-1813. 

Tan jin Sing adalah tokoh keturunan Tionghoa yang menjabat sebagai bupati nayoko pada masa Hamengku Buwono III dan diberi gelar KRT Secadiningrat. Tan Jing Sing yang kemudian menikah dengan kerabat keraton ini, memiliki tugas untuk menarik pajak (tanda) dari warga keturunan Tionghoa. Dan oleh penguasa keraton diberi tanah perdikan dan tinggal di sana.Tanah perdikan inilah kemudian dikenal dengan nama Ketanda atau Ketandan. 

ikon kampung Ketandan (doc. instagram PBTY)
ikon kampung Ketandan (doc. instagram PBTY)
Dalam perkembangannya kegiatan ini menjadi agenda rutin tahunan yang dilaksanakan dalam rangka perayaan imlek dan jelang Cap Go Meh.  Dan ruang lingkupnya tidak hanya kuliner, tetapi juga seni budaya.

Kegiatan PBTY XIII

Tahun ini tema yang diusung oleh panitia adalah Harmoni Budaya Nusantara. Sehingga kebudayaan yang ditampilkan tidak hanya kesenian khas Tionghoa, tetapi kesenian dari daerah lain juga turut memeriahkannya.

Kegiatan dibuka pada tanggal 24 Februari 2018 yang diawali dengan karnaval budaya yang akan menampilkan 6 terbaik dari Jogja Dragon Festival VII, grup drumband, barongsay dari FOB DIY, naga batik raksasa, gendhawangan, boneka taiwan, dan kesenian lain yang digelar sepanjang jalan Malioboro hingga alun-alun utara. 

doc ig @PBTY
doc ig @PBTY
Sedikit tentang gendhawang. Gendhawang adalah boneka raksasa semacam ondel-ondel dengan berat mencapai 96kg dan tinggi 3 meter yang dimainkan oleh 1 orang. 

Yang menarik Gendawang ini mampu melakukan berbagai atraksi dengan lincahnya. Gendhawangan ini baru pertama kali tampil di event budaya Tionghoa ini, demikian pula boneka Taiwan, baru tahun ini ada.

Sementara itu, di Kampung Ketandan sendiri juga digelar berbagai tontonan yang bisa dinikmati. Diantaranya bazar kuliner yang tidak hanya menampilkan masakan khas tionghoa, tetapi juga masakan khas nusantara lainnya. Ada 149 stand makanan yang sudah melalui seleksi ketat dari panitia, agar makanan yang tampil beragam dan tidak monoton makanan cepat saji saja. 

Yang patut diapresiasi, panitia memberi aturan kepada para pedagang untuk menandai menu-menu yang non halal dengan label yang jelas. Sehingga mudah terbaca oleh pengunjung muslim. Wujud toleransi yang patut dihargai. 

Ada juga penampilan naga dan barongsay yang digelar setiap hari di panggung utama. Kemeriahan khas Tionghoa pasti akan semakin terasa dengan adanya taman lampion "Imlek Light Festival" di area pelaksanaan. Saya bisa membayangkan, pasti sangat megah dan mewah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun