Pemilihan Kampung Ketandan sebagai pusat kegiatan dalam pekan budayaTionghoa bukan tanpa alasan. Hal tersebut tidak lepas dari sosok Tan Jin Sing. Seorang kapiten Tionghoa yang menetap di Jogja sejak tahun 1803-1813.Â
Tan jin Sing adalah tokoh keturunan Tionghoa yang menjabat sebagai bupati nayoko pada masa Hamengku Buwono III dan diberi gelar KRT Secadiningrat. Tan Jing Sing yang kemudian menikah dengan kerabat keraton ini, memiliki tugas untuk menarik pajak (tanda) dari warga keturunan Tionghoa. Dan oleh penguasa keraton diberi tanah perdikan dan tinggal di sana.Tanah perdikan inilah kemudian dikenal dengan nama Ketanda atau Ketandan.Â
Kegiatan PBTY XIII
Tahun ini tema yang diusung oleh panitia adalah Harmoni Budaya Nusantara. Sehingga kebudayaan yang ditampilkan tidak hanya kesenian khas Tionghoa, tetapi kesenian dari daerah lain juga turut memeriahkannya.
Kegiatan dibuka pada tanggal 24 Februari 2018 yang diawali dengan karnaval budaya yang akan menampilkan 6 terbaik dari Jogja Dragon Festival VII, grup drumband, barongsay dari FOB DIY, naga batik raksasa, gendhawangan, boneka taiwan, dan kesenian lain yang digelar sepanjang jalan Malioboro hingga alun-alun utara.Â
Yang menarik Gendawang ini mampu melakukan berbagai atraksi dengan lincahnya. Gendhawangan ini baru pertama kali tampil di event budaya Tionghoa ini, demikian pula boneka Taiwan, baru tahun ini ada.
Sementara itu, di Kampung Ketandan sendiri juga digelar berbagai tontonan yang bisa dinikmati. Diantaranya bazar kuliner yang tidak hanya menampilkan masakan khas tionghoa, tetapi juga masakan khas nusantara lainnya. Ada 149 stand makanan yang sudah melalui seleksi ketat dari panitia, agar makanan yang tampil beragam dan tidak monoton makanan cepat saji saja.Â
Yang patut diapresiasi, panitia memberi aturan kepada para pedagang untuk menandai menu-menu yang non halal dengan label yang jelas. Sehingga mudah terbaca oleh pengunjung muslim. Wujud toleransi yang patut dihargai.Â
Ada juga penampilan naga dan barongsay yang digelar setiap hari di panggung utama. Kemeriahan khas Tionghoa pasti akan semakin terasa dengan adanya taman lampion "Imlek Light Festival" di area pelaksanaan. Saya bisa membayangkan, pasti sangat megah dan mewah.