Mohon tunggu...
Yakobus
Yakobus Mohon Tunggu... Relawan - Tuhan Penolong Abadi, I become minister

Membela kepentingan bangsa di atas kepentingan pribadi maupun golongan.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Lima Tanggapan tentang Papua

1 Februari 2019   10:55 Diperbarui: 1 Februari 2019   17:34 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jakarta (24/01/2019). Acara Refleksi Awal Tahun PIKI (Persatuan Intelegensia Kristen Indonesia). Sejumlah tokoh menjadi nara sumber dalam kegiatan ini, yaitu  Diaz Hendropriyono, Prof. Komaruddin Hidayat, Ali Maskyur Musa, Prof. Dr. Balthasar Kambuaya, MBA,  Prof.Ir. Armein ZR Langi, M.Sc., Ph.D, dan Dr. Ir. William Sabandar dan penanggap yang berasal dari beberapa unsur cendekiawan termasuk dari Ikatan Sarjana Katolik. Pada kegiatan ini,  Profesor Baltasar menyampaiakan makalah yang berjudul : HAM dan Keadilan Sosial bagi Orang Asli Papua.

Dalam kajian Lemhannas, Indeks Ketahanan Nasional Propinsi Papua berada pada posisi kurang tangguh. Hal ini ditunjukan oleh berbagai aspek terutama aspek sosial budaya dan ekonomi. 

Secara geografi Papua dan wilayah Timur Indonesia lebih tertinggal dibandingkan wilayah barat.  Rasio demografi per wilayah yang lebih rendah dibandingkan dengan wilayah bagian barat Indonesia mengakibatkan roda perputaran ekonomi berjalan lambat.

Namun, ada beberapa wilayah Indonesia Timur yang memiliki pertumbuhan cepat. Seperti Gorontalo, Timika, Sorong, Ambon, Jayapura, Nabire. Percepatan pertumbuhan ini terjadi akibat adanya kebijakan pemerintah serta tumbuhnya sektor bisnis baru. 

Selain itu fokus program  pemerintah  melalui pembangunan daerah terpencil dan terdepan yang fokus pada infrastruktur turut memberi dampak positif.

Saya mengawali tanggapan saya terhadap Paparan Prof. Kambuaya  dengan menyampaikan pertanyaan kepada forum. Siapakah di ruangan ini yang cinta terhadap tanah Papua ? Ayo angkat tangan apabila kita semua cinta terhadap Papua.  

Saya bersyukur seluruh peserta mengangkat tangan mereka. Ada 5 hal yang saya bahas dalam menangapi makalah Profesor Baltasar Kambuaya. 


Pertama, Menjaga Papua Damai.
Misi utama pemerintah dan masyarakat seeta kita semua  adalah menjaga kondusifitas Papua. Menjaga Papua sebagai tanah yang damai, apapun situasinya, bagaimanapun keadaannya. 

Untuk menjaga tanah papua agar selalu damai diperlukan peran seluruh stakeholder. TNI dan Polri menjaga keamanan, Gereja dan Tokoh-tokoh tokoh Papua membatu pemerintah agar program-program pembangunan dapat berjalan dengan baik serta menangkal isu-isu politis yang mengganggu.

Kedua
, Jejak Sejarah Indonesia.
Proses panjang Negara Kesatuan Republik Indonesia menjadi salah satu aspek penting dalam memandang permasalahan Papua. Dimulai dari 350 tahun masa penjajahan belanda, 73 tahun kemerdekaan, 20 tahun reformasi, 16 tahun otsus, 4 tahun pemerintahan Jokowo-JK. 

Dari proses panjang perjalanan sejarah ini ada peristiwa momentum Keindonesiaan yang muncul melalui berbagai peristiwa antara lain Budi Utomo, Sumpah Pemuda dan Perjuangan-perjuangan melawan penjajahan. Termasuk peristiwa tanggal 15 Agustus 1962 di New York dan tanggal 14 Juli 1969.

Dari serangakaian peristiwa ini, kita bandingkan dengan peristiwa pembahasan  Ideologi negara.  Sila pertama  dalam Pancasila mengalami perubahan dari sebelumnya menjadi apa yang ada saat ini.  

Peristiwa ini lebih utama didukung oleh suatu suasana kebatinan seluruh tokoh-tokoh saat itu dalam mempersiapkan kemerdekaan. Ada suasana kebatinan yang sama untuk membela kepentingan bangsa diatas kepentingan pribadi atau golongan.

Hal yang sama terjadi pada peristiwa menjelang proses jajak pendapat tangal 14 Juli 1969. Ada suasana kebatinan dan rasa cinta yang besar dari Bangsa Indonesia terhadap wilayahnya. Pada masa itu tidak ada kepentingan lain kecuali menyatukan NKRI. Termasuk juga melawan pemberontakan dalam peristiwa DI/TII dan RMS.

Ketiga, Persaingan Global
Dana otonomi khusus mengalir terus ke wilayah Papua. Dari Rp 1,38 T tahun  2002 menjadi Rp 8.03 T di tahun 2018.  Adannya kebijakan otonomi khusus, telah mampu mengangkat hak-hak masyarakat asli Papua. 

Walau masih ada persoalan, namun lebih banyak dampak positif khususnya  terhadap kemajuan SDM masyarakat asli Papua. Berdasarkan hasil studi, permasalahan Papua dapat dipengaruhi juga oleh faktor ekternal. Misalnya adanya perebutan pengaruh  negara-negara maju di kawasan pacifik selatan. 

Negara-negara di kawasan Pacifik Selatan dibawah pengaruh antara lain : Perancis, Inggris, Portugal, Amerika dan Japan serta Tiongkok diakhir dekade ini. Perebutan pengaruh kawasan katulistiwa ini sudah bukan rahasia umum lagi.

Keempat, Menatap Masa Depan Papua.
Carilah Tuhan, maka Ia akan membiarkan diriNya ditemukan olehmu. Selain rasa cinta terhadap NKRI, Ayat ini telah mengantarkan saya ke Papua, pada saat yang sama rekan2 kerja memilih untuk tidak mendapat tugas disana. 

Sedikit sharing pengalaman bahwa walaupun ada masalah sosial budaya di Papua namun dengan melihat banyak gereja di tanah Papua telah menghapuskan banyak keraguan tentang kondisi di Papua.

Fondasi dasar dalam pembangunan Papua telah dirintis oleh gereja-gerejamelalui misi pelayanan. Proses pembangunan kini diteruskan oleh pemerintah melalui program pembangunan secara holistik dengan fokus pada infrastruktur dan sumber daya Manusia. Sinergi antara pemerintah, swasta, masyarakat dan gereja serta pers merupakan salah satu kunci dalam mendukung pembangunan di Papua.

Kelima, Kasus Ham Papua
Dalam paparan makalahnya Prof. Baltasar Kambuaya memilih untuk tidak membahasnya dalam materi yang ia bawakan. Namun, saya sampaikan dalam tangapan saya sebagai poin kelima sebagai berikut.

Masalah HAM Papua seperti teori gunung es yang muncul dipermukaan laut. Ada persoalan-persoalan utama yang tidak muncul di dalam pemberitaan. Misalnya kesehatan, pendidikan dan infrastruktur serta sumber kekayaan alam. Sumber kekayaan alam yang dikelola selama bertahun tahun kurang memberikan porsi kepada daerah. 

Memang, kini di pemerintahan Jokowi-JK sudah memberikan  lebih baik termasuk memberikan 10 % saham swasta kepada pemerintah daerah.

Apabila kita bandingkan dengan daerah NTT dalam masalah hak-hak pekerja. Sejak tahun 2013 - 2018, jumlah kasus TKI meninggal dunia sebanyak 272 orang.  Apakah ini merupakan juga dapat disebut pelanggaran HAM karena pembiaran  penanganan TKI secara terus menerus sehingga memakan banyak korban. Persoalan ini sama seperti teori gunung es dalam masalah Ham di Papua.

Apabila lebih dalam ditelaah bahwa di NTT memilki masalah yang sama dengan di Papua. Akar masalah kemiskinan dan Pendidikan menjadi penyebab utama sehingga  aspek legal bagi perlindungan tenaga kerja dilanggar atau tidak diindahkan. Padahal negara telah memiliki badan yang memberikan perlindungan tersebut.

Demikian 5 hal tanggapan saya terhadap Prof. Baltasar Kambuaya pada acara PIKI. Saya menyebut beliau sebagai guru dan saya sendiri sebagai muridnya yang baik dan oleh karena itu juga boleh kritis.

Diakhir kesimpulan penutup, Prof. Kambuaya menyebut bahwa kemajuan Papua tergantung orang asli papua. Sekarang sudah banyak orang asli papua mulai sadar.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun