Mohon tunggu...
Yakobus
Yakobus Mohon Tunggu... Relawan - Tuhan Penolong Abadi, I become minister

Membela kepentingan bangsa di atas kepentingan pribadi maupun golongan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Milenial di Era Bonus Demografi dan Keberagaman dalam Menghadapi Tantangan Global

30 Oktober 2018   22:09 Diperbarui: 30 Oktober 2018   22:09 3736
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Proyeksi Laju pertumbuhan penduduk  dari Bappenas menunjukan bahwa periode 2010-2035 diprediksi akan mengalami penurunan. Dengan semakin meningkatnya pendidikan masyarakat, kesadaran mengatur jarak kelahiran anak, serta perubahan gaya hidup generasi milenial menyebabkan pertumbuhan penduduk cenderung melambat.

Jumlah populasi besar, didominasi oleh usia produktif dimana lebih dari separuhnya adalah generasi milenial. Angka ketergantungan, yakni jumlah penduduk usia tidak produktif terhadap penduduk produktif pada 2016 sebesar 48,4 persen dan diprediksi akan naik sejalan dengan dampak bonus demografi. Angka ini jauh lebih rendah dibanding pada 1971 yang mencapai 86,6 persen. Hal ini menjadi potensi kekuatan yang disebabkan angka ketergantungan cenderung menurun. Tanpa memperhitungan faktor ekternal, generasi milenial akan berada pada kondisi pertumbuhan ekonomi yang lebih baik dan dapat menjadi penguat ataupun perisai bangsa dalam persaingan global.

Dalam menghadapi ancaman ekternal terutama persaingan di bidang ekonomi dan perebutan sumber daya alam serta perkembangan ilmu pengetauan dan teknologi, kualitas dan kuantitas generasi milenial yang memiliki rata-rata tingkat pendidikan yang lebih baik dari generasi sebelumnya diharapkan mampu untuk meningkatkan daya saing bangsa Indonesia di segala aspek (Ipoleksosbudhankam). Dengan ini Milenial dapat menjadi perisai Pancasila dihadapkan dengan ideologi-ideologi lainnya di dunia.

Soekarno mengatakan bahwa " kita dalam mengadakan negara Indonesia merdeka itu, harus dapat meletakan negara itu atas suatu meja statis yang dapat  mempersatukan segenap elemen bangsa itu, tetapi juga harus mempunya tuntunan dinamis ke arah mana kita gerakan rakyat, bangsa dan negara ini". Hal ini menunjukan bahwa arah dinamis bangsa akan tumbuh dalam suasana ekosistem internal dan ekternal bangsa.

Periode 350 tahun masa penjajahan dan 73 tahun periode kemerdekaan menghasilkan berbagai macam persoalan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dari perjalanan waktu tersebut, seberapa cepat suatu masa dapat menyelesaikan persoalan-persoalannya? Membaca pikiran Ir. Soekarno sebaga meja statis serta meja dinamis yang diukur dari berapa lama percepatan perubahan itu dibandingkan dengan perkembangan dunia dan perbandingan antar bangsa? Berapa lama Indonesia mencapai puncak kejayaannya ?

Ditengah perkembangan teknologi informasi dan adanya disrupsi. Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (UI), Rhenald Kasali meramalkan fenomena disrupsi atau perubahan cara dan fundamental bisnis, salah satunya akibat revolusi teknologi digital akan berlangsung dalam jangka waktu 100 tahun. Perusahaan yang masih mempertahankan model bisnis kuno, cepat atau lambat akan terkena disrupsi.

Generasi milenial sebagai generasi yang memanfaatkan teknologi digital memiliki peranan penting dalam menghadapi era disrupsi. Menurut Prinatono Rudito, Teknologi digital (mulai dari cloud computing, digital mobility, location based services, big data & analysis, social media, internet of things, machine learning, hingga artificial intelligence) memiliki pengaruh yang makin krusial bagi penciptaan daya saing.

Generasi milenial yang sangat akrab dengan teknologi digital diberikan pilihan untuk memanfaatkan  perubahan yang terjadi. Adanya dampak-dampak nyata dari era disrupsi mempengaruhi karakter kaum milenial.  Rasa kebangsaan dan cinta tanah air menjadi salah satu value dalam menghadapi era disrupsi ini. Dengan belajar melihat jauh kebelakang sejarah perjalanan bangsa dan menyambut cita-cita dari generasi milenial dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara. Milenial dihadapan dengan tantangan yang berbeda di masanya.

Dengan hal ini generasi milenial dapat mengambil pelajaran setiap tantangan jaman. Misalnya,  dalam periode kesejarahaan yang terjadi era kerajaan   seperti Sriwijaya dan Majapahit, Masa Kolonial, Periode kemerdekaan, Era Orde Lama dan orde baru dan Reformasi serta di era milenial menjadi referensi dalam dinamika politik kebangsaan. Yang menjadi perhatian bahwa dalam perkembangan suatu era akan digantikan oleh suatu tatanan yang lebih sesuai pada masanya. Tantangan yang terjadi pada masa lalu dapat menjadi hal positif atau negatif tergantung dari sudut pandangnya. Dalam pandangan yang positif tantangan setiap era menjadi proses pembelajaran guna mencapai tujuan masa kini dan masa datang yang lebih baik dalam kehidupan  berbangsa dan bernegara.

Pada posisi saat ini generasi milenial dapat membuat sintesa dari perjalanan bangsa. Kegagalan setiap era yang cenderung antitesa dari era sebelumnya. Ditengah tantangan global, hasil yang dicapai antitesa dari setiap tesis suatu periode adalah  tidak sebanding dengan kecepatan kemajuan bangsa yang tersaingi oleh bangsa lain di kawasan ASEAN misalnya. Contohnya pasca orba dan reformasi. Buktinya saat ini bahwa indeks daya saing Indonesia masih lebih rendah dari negara lainnya di kawasan ASEAN yang belakangan merdeka. Apalagi membandingkan kekayaan sumber daya alam dan demografi melebihi negara lainnya di kawasan ASEAN.

Mari kita membadingkan peran generasi muda produktif pada setiap masa, sangat tidak diragukan lagi bahwa tiap-tiap jaman menghasilkan kualitas pemuda yang mampu membawa momentum perubahan dalam perjalan bangsa ini. Dari  budi utomo, sumpah pemuda,  masa kemerdekaan dan masa reformasi, peran pemuda sangat berpengaruh. Yang menjadi pertanyaannya adalah bagaimana agar generasi ini dapat membangun bangsa pada saat yang sama sedang menghadapi tantangan global dan tantangan internal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun