Bagi pelukis ini, hasil karya seorang seniman sesungguhnya merupakan narasi panjang yang harus dipahami secara mendalam, bukan sesuatu yang ditelan mentah atau diterima begitu saja. Ini yang beliau sampaikan dengan ungkapan bahwa akan selalu ada dua sisi di dunia di dalam kehidupan ini.Â
Rwa Bhinedda, Yin dan Yang, baik dan buruk, benar dan salah, hitam dan putih, besar dan kecil. Sesuatu yang benar bagi kita, belum tentu demikian halnya di mata orang lain. Sesuatu yang bagi kita indah, belum tentu dianggap sempurna oleh pihak lain.

Sempat pula belajar dari pelukis Belanda, Rudolf Bonnet, beliau akhirnya memutuskan kembali ke jati diri, menemukan identitas diri dan melahirkan gaya lukisan sendiri. Setamat pendidikan di Sekolah Seni Rupa Indonesia, mengajar di berbagai sekolah, memimpin Yayasan Ratna Wartha di Ubud, menggambarkan bahwa seni juga bisa di dalami baik secara formil maupun informal. Hal ini memperlihatkan pengolahan matang proses pendidikan yang telah beliau lalui.


Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI