Mohon tunggu...
Santi Kholifah
Santi Kholifah Mohon Tunggu... Guru - Saya sendiri

Nama ku Santi Kholifah, aku lahir di Sumedang. Aku lulusan Universitas Islam 45 Bekasi alumni tahun 2021. Kini aku berdomisili di Cakung Jakarta Timur. Kegiatan ku sehari layaknya kegiatan anak seumuranku yang baru saja lulus kuliah dalam artian saya seorang jobseeker. Semoga saya dimudahkan dalam misi pencarian kerja

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

KKN Desa Perbatasan-2

11 Juli 2022   13:24 Diperbarui: 11 Juli 2022   13:26 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari yang ditunggu pun datang, Sania segera memasukkan barang yang ia perlukan selama didesa, dibantu oleh mba Linda asisten rumah tangga yang bekerja dirumahnya. Keesokan harinya Sania diantar oleh Ken, kakak pertamanya kedesa. Mereka semua berkumpul di lapangan kantor Desa Sumber, setelah semuanya kumpul mereka  kerumah yang sudah dipilih oleh Septian dan Deni. Barang bawaan Sania lumayan banyak karna mereka akan menghabiskan waktunya pagi-siang-malam didesa tersebut selama tiga bulan.  Sania ditugaskan untuk membawa selimut, karpet, wajan, ulekan dan cowetnya. Benar saja rumah ke-2 tersebut  tidak jauh kekantor desa, berada di pemukiman warga dan dekat ke mushala. Posisi rumah itu ada disebelah kanan kantor desa masih lurus lagi ada belokan kekanan lurus dan mentok jalan. Dekat sana ada sungai  yang berjarak kira-kira 170m  diseberang sungai sudah masuk wilayah kabupaten.

"Dek, kamu bisa tinggal dirumah seperti ini?" tanya ka Ken pada Sania 

"Kakak ini..... sudah santai aja ka, aku bisa ko, tenang cuma tiga bulan" jawab Sania sambil terkikik. 

Keluarga Ken memang keluarga orang kaya, pantas saja untuk Ken keheranan jika Sania akan tidak betah dirumah tersebut. Selain itu Ken juga menghawatirkan keadaan adiknya yang mengidap Anemia dan Asam Lambung kronis. Ken hanya berfikir bagaimana jika teman-temannya itu tidak dapat menjaga adik tersayangnya. Sejujurnya Ken berat melepas Sania, tapi ini sudah perarturan dari kampusnya, ia harus menerima.  Sania menurunkan kopernya dan ia dikejutkan dengan banyaknya makanan dan beberapa buah-buahan yang dibawa oleh kakaknya dibagasi mobil. "Kak Ken! banyak banget ini ka, kakak mau buat aku gemuk permanen hahh?" teriak Sania pada kakaknya. Membuat mahasiswa yang lain memperhatikan tingkah lucu kakak adik ini.

"Cukupkan buat seminggu? nanti kakak kirimin lagi kalau ini kurang" 

"Cukup! sangat cukup ka, mungkin bisa sebulan atau bisa awet selama aku disini, bawa sebagian ini!". perintah Sania

"gk" namun Ken tidak menghiraukannya, ia tetap menurunkan semua makanan yang dibawanya.

"Kakak!!"  

Dengan perasaan malu terpaksa Sania memasukkan semua barang yang dibawa termasuk makanan yang dibawa oleh kakaknya ke dalam rumah. Tak lama handphone Ken berdering "Oke sejam lagi saya sampai" jawab Ken pada orang yang menelphone nya itu. 

"Belajar yang rajin yaa, kakak harus ke kantor sekarang, inget jaga kesehatan, makanin semua yang kaka bawa itu, jangan sampe setelah tiga bulan kamu disini datang kerumah kamu kurus, habis kamu!!

Ngeri abis... 

"iya iya ka" 

"oiya saya nitip adik saya, jangan sampe ada lecet" 

"siap bang"

Sania memasukkan semua barang-barangnya kedalam rumah dan dikumpulkan depan kamar, setelahnya Ken pergi. Pagi menjelang siang, mereka semua bebenah barang masing-masing. Rumah itu bercat unggu yang sudaha mulai pudar dibeberapa bagiannya, halaman depan ada kandang ayam milik rumah sebelah, teras yang  cukup luas untuk parkiran dibandingkan rumah yang pertama, rumahnya besar ngelost sampai dapur, pintu belakang disamping dapur dan kamar mandi. Kamarnya hanya ada dua tetapi ukurannya  besar cukup untuk diisi 6 orang. Dikamar depan atau kamar A berada disebelah kanan ada kamar mandi dalam, sedangkan kamar B disebelah kiri tidak ada kamar mandinya jadi dirumah itu ada dua kamar mandi, kamar B bersampingsan dengan dapur dan pintu belakang,  diantara kamar A dan B ada ruang tengan berfungsi untuk ruang kumpul lalu ada kamar mandi luar, disana ada bupet dan diatasnya ada tv tabung kecil.

Hari pertama mereka habiskan untuk bebenah. Kamar A diisi oleh mahasiswi semester 7 yang berjumlah 6 orang termasuk Sania, Dewi, Fia, Miftah, Serra dan Soffa. Sedang dikamar B diisi oleh mahasiswi semester 5 yang berjumlah 5 orang diantarnya, Nisa, Monika, Sheila, Ulfi dan Citra.  Sedangkang untuk yang laki-laki semua kumpul di  ruang tengah atau ruang kumpul depan kamar A dan Kamar B.

''Untung kita dapet disini'' celetuk Miftah sambil menaruh tasnya dikamar  A dan yang lain pun mensyukurinya. Dikamar A sudah ada springbed dan lemari kayu besar, kamar A langsung menghadap ke halaman luar dan ada jeldela besar. Sania segera memasukkan pakaian dan beberapa skincare miliknya ke lemari agar tidak keduluan yang lain.

Hari pertama kegiatan mereka hanya bebenah dan menuju kesore hari mereka kumpul untuk lebih saling mengenal dan mendiskusikan apa saja program yang akan mereka jalankan. Ada dua program, program kelompok dan individu. Untuk program inti mereka merencanakan untuk membuat patok jalan dan membuat bank sampah, karna saat mereka observasi  tidak melihat patok jalan ditiap-tiap gang nya dan didesa itu banyak juga orang yang tidak memperdulikan sampah yang berserakan dijalan ataupun didepan rumah-rumah mereka sendiri. Untuk program individu itu terserah bagaimana individu itu masing-masing sesuai dengan prodi yang dijalankan.

Malam pertama disana hujan lumayan besar tidak ada kejadian apa-apa,  hanya memang udara yang dingin dan banyak suara kodok. Hari kedua kita lakukan aktifitas untuk memulai program inti. Malam kedua saat mereka kumpul di ruang tengah tiba-tiba Fia berdiri dan langsung masuk kekamar A, mereka semua yang kumpul diruang tengah terkaget dan merasa ada yang aneh dengan Fia. Sekilas Sania melihat tatapan kosong Fia sebelum dimulainya meeting. Suasana berubah agak merinding, Nisa yang duduknya bersebelahan denganku memegang tangganku erat. Septian yang duduknya didepan kamar A menanyakan keaadan Fia, tetapi pintu kamar A terkunci dari dalam dan Fia tidak menjawab.

'' Fii buka dong pintunya, kamu kenapa?" ucap Septian sambil berusaha memegang knop pintu. Tidak ada jawaban

''ehh kamu kenapa sii jangan aneh-aneh dehh, caper kali lu yaa'', teriak Lintang

'' jangan gitu ngomongnya lin, kita juga kan tidak tau Fia kenapa tiba-tiba langsung masuk gitu" 

Karna tak ada jawaban Septian mencoba mengambil kursi untuk melihat Fia lewat jendela diatas pintu kamar.

'' Fia lgi apa ka Tian? Ucap Citra penasaran

'' ehhh Fia lgi ngadep kejendela, tapi aku tidak  tau apa yang dia lihat didepan jendela, dia seperti  orang lagi ngomong gitu, tapikan didalem cuma Fia sendiri" ucap Septian masih diatas kursi

''liat hujan kali, lagian sekarang hujan mana gede lagi, iiishhh nyusahin aja sii!! Males deh saya urusan sama yang kaya gini''

''udah lin tidak usah banyak ngomong, kita semua gk ada yang tau" udara bertambah dingin membuat bulukudukmereka berdiri.

Septian turun dari kursi dan mencoba lagi untuk membuka pintu

Clekkk

Ahhhh berhasil

'' Ya Allah Fia!!'' mereka semua masuk  kekamar A melihat Fia yang sudah tergeletak  pingsan di depan jendela. Sania menganggat kepala Fia kedalam pangkuannya . 

'' Fiiii! bangun Fii, Fiiiiii bangun'' Sania  mengguncangkan kepala Fia berharap Fia sadar, ia memegang  tangan Fia yang terasa sangat dingin. '' bang tangannya dingin banget, trus kita harus gimana?'' tanya Sania pada Septian, ia terlihat sangat panik tapi bingung harus gimana. '' udah kita angkat aja dulu kekasur'' ucap Dani.

Dani membopong Fia kekasur, Sania menyelimuti Fia agar tidak kedinginan dan ia membalurkan minyak angin di telapak tangan dan kakinya. Perasaan Sania mulai tidak karuan sedangkan  Dewi, Miftah, Serra dan Soffa tidak berani masuk kedalam karna takut. Akhirnya diskusi malam itu ditunda.

 '' udah masuk sana temenin Fia, gak kenapa2 ko dia Cuma pingsan aja mungkin kecapean''

'' gw takut bang''

''Udah santai aja sii, gak ada apa-apa ko''

Setelah dirasa  susana mulai tenang, Sania keluar kamar membujuk Dewi, Miftah, Serra dan Soffa masuk kekamar, udah malem juga masa mereka pada mau tidur didepan bareng laki-laki. Sedangkan Septian, Dani, Faraz dan Ferdi tidak tidur untuk berjaga-jaga dan  yang lain tidur didepan kamar A, pintu kamar A juga sengaja tidak ditutup. Sebelum tidur Sania kekamar mandi untuk membasuh wajahnya, saat Sania mengaca dibelakangnya terlihat seperti ada sosok hitam besar dengan mata merah sedang menatapnya. 

haaaaaaaaaaa

Sania kelaur dari kamar mandi dengan nafas ngos-ngosan dan yang mendengar teriakan Sania juga merasa panik. 

"kamu kenapa San?" Serra yang mendengar itu langsung memeluk Sania. 

"diiii disana aaaada hantu" 

Septian mengecek kamar mandi dan tidak melihat apa-apa

" gak ada apa-apa ko San" 

"beneran tadi aku liat bayangan hitam gede trus matanya merah"

"udah kamu istirahat sana, kamu capek itu" ucap Septian

"yaudah yuuk San kita tidur aja" ajak Serra

Serra mengandeng Sania sampai ke kasur, dengan wajah yang masih pucat Sania menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut. Pagi harinya Sania mengintogasi Fia, tapi Fia enggan untuk bercerita. Sania berfikir mungkin Fia masih syok. Malam kedua kejadian aneh terulang kembali. Jam dua dini hari mereka dikejutkan dengan teriakan bang Arief yang menyebut nama Fia.

''San bangun! Ada yang teriak tuu sebut-sebut nama Fia'' Soffa yang mendengar teriakan tu langsung membangunkan yang lain. Sania yang masih ngantuk tapi kaget juga, ia melirik orang disebelahnya, padahal orang yang tidur disebelah Sania itu Fia, tapi ia tidak melihat Fia dikasur''lohh Fia kemana?''

''Makannya itu ayooo kita liat keluar yuu tadi kayanya ada yang teriak sebut nama Fia, aku kaget'' soffa, Miftah, Serra dan Nisa merisakku untuk keluar kamar dan melihat keadaan diluar. Mereka menyuruh Sania yang keluar lebih dulu. Depan pintu kamar Septian, lintang, Faraz dan Fai terbangun juga.

'' ehh San ada apa sii?'' sapa lintang yang juga kebangun

'' aku gak tau bang, ini baru mau aku lihat''

Mereka yang terbangun melihat Fia sedang berdiri diantara Arief dan Agung.

''Bang Fia kenapa?'' Tanya Sania pada Arief 

''Saya sama Agung lagi mabar ehh lihat Fia jalan tapi matanya merem, hampir aja tuu keluar halaman, saya tahan yaa masih kaya gini'' bang arief memberikan penjelasan.

''Fiii Fiaa, bangun yuu kita tidurnya dikamar aja yaa Fii" Sania sambil menepuk pipi Fia. Tapi mata Sania tertuju pada sinar merah yang sangat terang menyala didepan rumah warga yang bersebrangan dengan basecamp dan Sania melihat sosok yang sama yang ia lihat dikamar mandi kemarin. Wajah Sania berubah pucat

Tiba2 ..

Serra yang ikut keluar tiba-tiba tertawa kencang didekat sudut pintu halaman sambil terduduk, membuat semua kaget dan membangunkan mahasiswa yang lain.

Hihihihihihihih suaranya kikikan seperti suara kuntilanak

"Astahgfirullah Serra"

"Serr, kamu kenapa?" 

"Jangan bercanda dehh malem ini lohh" panik

"Serra sadar!!! dan yang lain tenang jangan ada yang bengong yaa, Serra kerasukan, banyakin istighfar"  ucap Septian sambil ia menaruh tangannya diatas kepala Serra dengan merapalkan ayat-ayat Al-Qur'an. Beberapa ada yang juga membaca surat-surat pendek atau  ayat kursi ada juga yang beristisghfar. Pokoknya keadaan malem itu suasana mnejadi kacau, yang menempati kamar B juga sebagian ada yang keluar kamar untuk melihat apa yang sedang terjadi. Sania masih terpaku disamping Fia sambil memegang tangannya, keringat dingin membasahi wajah Sania. Saat Serra kerasukan Fia belum juga sadar dan tiba-tiba Serra bertawa kencang mengarah ke Fia.

"Kamu! hihihihihiiiii" suara kikikan kuntilanak terdengar kencang sambil menunjukan telunjuknya ke arah Fia dan Sania tetapi matanya menatap tajam ke arah wajah Sania, ia melihat sinar mata yang sama seperti sosok yang ia lihat dirumah  seberang.  Sania yang menyaksikan pemandangan itu, tidak lagi kuat menopang tubuhnya, ia pun pingsan. Fa'i dengan sigap langsung menangkap tubuh Sania sebelum jatuh ke lantai. 

"Sania!!" Fa'i membawa masuk Sania Kekamar A.   

Setelah Sania pingsan Septian berusaha untuk menyadarkan Serra dan Fia yang tepengaruh energi negatif makhluk halus, setelah beberapa cara dilakukan oleh Septian akhirnya Serra dan Fia tersadar, mereka berdua dibawa masuk ke kamar B. Septian merasa agar Serra, Fia dan Sania untuk malam itu harus dipisahkan dulu agar tidak terjadi kejadian yang lebih buruk.

Sania pun sadar, ia ditemani oleh Miftah, Sheila, Monik, Nisa, Deni Fai dan Faraz. "Alhamdulillah Kak Sania udah sadar, gimana kakak udah baikkan?" tanya Nisa. Sania yang baru saja tersadar sambil memegang kepala yang masih terasa sakit.

"Iya aku baikan Sa cuma kepalaku masih sakit, gimana Fia sama Serra?" tanyaku pada Nisa

"Yaudah kakak istirahat aja Ka Fia, ka Serra, ka Soffa sama ka Dewi ada dikamar B ka, yang lain masih ada di depan, mungkin takut juga klo masuk kamar" jawab Nisa. Septian menghamipi Sania. "San kamu ditemenin mereka dulu yaa, Fia sama Serra  ada Soffa dan Dewi yang nemenin"

"Kenapa?

"Udah kamu ikutin aja". Sania menuruti perintah Septian.

Malam itu beberapa dari mereka tidak tidur sambil menunggu waktu subuh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun