Mohon tunggu...
Reno Dwiheryana
Reno Dwiheryana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger/Content Creator

walau orang digaji gede sekalipun, kalau mentalnya serakah, bakalan korupsi juga.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Saipul Jamil dan Tabir Dua Muka Media

6 September 2021   09:10 Diperbarui: 6 September 2021   12:24 324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saipul Jamil (Kompas)

Sebagaimana kita ketahui bersama momentum pasca bebasnya Saipul Jamil dari penjara mengundang kontroversi di kalangan publik. Usai menjalani hukuman penjara selama 5 tahun atas kasus pelecehan seksual dan menyuap panitera Pengadilan Negeri, pria 41 tahun yang akrab dipanggil "Bang Ipul" ini tampil di berbagai program televisi maupun kanal YouTube. Ia disambut meriah layaknya seorang pahlawan yang habis berperang.

Sontak kehadiran Saipul Jamil di layar kaca tersebut mengundang reaksi berupa kecaman dari berbagai elemen. Salah satu diantaranya pihak Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) yang menyayangkan pihak-pihak mengundang Saipul Jamil dalam kontennya tanpa mempertimbangkan psikologis korban berikut keluarganya.

Para netizen pun tidak tinggal diam, mereka beramai-ramai menandatangani petisi online untuk memboikot Saipul Jamil tampil di televisi maupun kanal YouTube. Petisi itu ditujukan kepada Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) agar melarang stasiun televisi mengundang Saipul Jamil. Sampai artikel ini dibuat, petisi tersebut tercatat telah ditandatangani oleh 353.335 orang dan terus bertambah.

Menanggapi kontroversi pasca bebasnya Saipul Jamil usai menjalani hukumannya, Penulis pribadi justru merasa tidak kaget sama sekali bahwasanya polemik ini bakal terjadi.

Menurut pandangan Penulis pokok permasalahan sebenarnya bukan hanya pada sisi stasiun televisi maupun pembuat konten YouTube yang mengundang Saipul Jamil menjadi bintang tamu, melainkan ialah bagaimana sikap media dalam mengemas berita.

Sebelumnya mohon maaf dan silahkan koreksi Penulis jikalau memang salah, kita bisa lihat bersama bagaimana reaksi media jelang bebasnya Saipul Jamil? 

Kiranya tidak sedikit media yang mengekspos kabar akan bebasnya bukan? Disitu kita bisa melihat bagaimana media seolah-olah tidak peduli akan siapakah sosoknya, pada saat itu Saipul Jamil dinilai sebagai bahan pemberitaan yang menarik atensi publik. Betul tidak?

Ada kalimat berkata, tidak ada asap bilamana tidak ada api. Lantas ketika media mengekspos jelang bebasnya Saipul Jamil, kiranya bukan sesuatu yang mengejutkan bukan bilamana ramai-ramai stasiun televisi maupun pembuat konten YouTube untuk mengundangnya? 

Penulis mempersilahkan bilamana Anda-anda punya waktu luang untuk melakukan riset kecil-kecilan bahwasanya sosok yang kerap media beritakan atau viral-kan maka sontak pamor orang tersebut terangkat dan kemungkinan besar tampil di layar kaca maupun konten YouTube.

Toh kita sadar dan tidak sadari kontroversi akan penampilan Saipul Jamil ini ditenggarai oleh sikap media yang bersikap dua muka. Andai saja media tidak mengeksposnya, Penulis rasa orang lain akan acuh dan bebasnya Saipul Jamil hanya dianggap angin lalu.

Kemudian lanjut membahas kontroversi tampilnya Saipul Jamil di program televisi. Sebelumnya kenapa hanya Penulis bahas program televisi, karena pada kaitannya petisi online memboikot Saipul Jamil hanya ditujukan kepada KPI yang otomatis menjadi pihak berwenang mengawasi tindak tanduk stasiun televisi. Sedangkan untuk konten YouTube, Penulis rasa petisi tersebut seharusnya ditujukan kepada para kreator konten dan bukan pula wilayah KPI.

Menyangkut kontroversi tampilnya Saipul Jamil di program televisi, Penulis toh sejak lama berpandangan bahwa kreativitas stasiun televisi dalam negeri memang sedang dalam kondisi kritis nyaris mati. Mungkin bisa dihitung dengan jari stasiun televisi yang mengedepankan kualitas dan punya tujuan mulia kepada masyarakat yang menontonnya, karena selebihnya hanya memikirkan rating dan uang masuk dari iklan.

Lalu pertanyaannya kenapa mereka abai baik bersikap tidak peduli maupun kerap melanggar P3SP? Menurut Penulis karena belum pernah terdengar ada konsekuensi atau sanksi berat yang diterima oleh stasiun televisi. Apa pernah ada stasiun televisi lokal yang tidak diperpanjang perizinannya karena kerap melanggar P3SP? Toh pertimbangan untuk tidak memperpanjang izin siar stasiun televisi menurut Penulis cuma isapan jempol semata disaat tugas sensor malah diserahkan kepada masyarakat. Dagelan bukan?

Penulis bisa katakan bahwa percuma membuat petisi untuk memboikot Saipul Jamil maupun berharap banyak kepada KPI untuk mengedukasi stasiun televisi sebab karena hati mereka buta. Silahkan cek berapa banyak dan kategori pelanggaran yang stasiun televisi lokal lakukan per tahunnya, apakah mereka (stasiun televisi) menunjukkan perbaikan kualitas? Tidak.

Penulis bisa katakan bahwa percuma membuat petisi untuk memboikot Saipul Jamil yang dikatakan predator seksual bilamana stasiun televisi masih menghadirkan publik figur yang menjadi contoh buruk bagi masyarakat, seperti pengguna narkoba, pelaku asusila, dan lainnya. 

Bukankah kelak Saipul Jamil akan bertanya-tanya kenapa ada perbedaan sikap diantara publik figur yang terlibat kasus sebelumnya? Kenapa seolah-olah tidak ada maaf baginya, sedangkan publik figur lain pamornya dapat bangkit dan langganan hadir di layar kaca?

Pada inti kesimpulannya, semua kini kembali kepada nurani masing-masing. Bilamana tampilnya Saipul Jamil di layar kaca maupun konten YouTube membuat resah dan gerah diri Anda maka Penulis serahkan kepada Anda untuk bijak bersikap. Mungkin tren stasiun televisi saat ini memang telah berubah, mereka sudah jenuh menampilkan sosok-sosok membanggakan maupun berprestasi. Mereka kini lebih mengedepankan sosok-sosok yang penuh kontroversi ke layar kaca karena publik gemar menontonnya. Tinggal kepada Anda, mau ikuti arus atau tinggal berdiam diri melihat mereka tenggelam.

Demikian artikel Penulis. Mohon maaf bilamana ada kekurangan dikarenakan kekurangan milik Penulis pribadi. Terima kasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun