Mohon tunggu...
Reno Dwiheryana
Reno Dwiheryana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger/Content Creator

walau orang digaji gede sekalipun, kalau mentalnya serakah, bakalan korupsi juga.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Indonesia Ingin Beli Jet Tempur F-35, Masa Sih?

17 Oktober 2020   14:22 Diperbarui: 17 Oktober 2020   14:36 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Prabowo Subianto (Detikcom)

Sebagaimana di informasikan, Menteri Pertahanan Indonesia Prabowo Subianto sedang dalam kunjungan selama 4 hari ke Amerika guna memenuhi undangan Menteri Pertahanan AS, Mark Esper.

Seperti diketahui Prabowo sebelumnya sempat dilarang untuk masuk ke Amerika karena dituduh telah melakukan pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) pada tahun 1998 saat masih menjabat sebagai Danjen Kopassus. 

Namun ketika Prabowo menjabat Menhan dalam pemerintahan Jokowi, Amerika kemudian mencabut blacklist tersebut dan menerimanya dengan tangan terbuka.

Tentu perubahan sikap secara tiba-tiba Amerika ini menimbulkan pertanyaan, ada apa gerangan? Pencabutan blacklist Prabowo memang memiliki peranan dikarenakan kedudukannya sebagai Menteri Pertahanan. Akan tetapi posisi Indonesia dimana memiliki beragam elemen strategis di kawasan Asia Tenggara bagi Amerika diduga menjadi tajuk utama dari undangan ini.

Dikutip dari laman Kompas.com. Seorang pejabat pemerintahan Indonesia yang enggan disebut namanya mengungkapkan bahwa salah satu daftar keinginan Jakarta adalah road map untuk mendapatkan jet tempur F-35.

Sekalipun demikian, pejabat itu mengaku kurang optimistis AS akan memberikan karpet merah bagi Indonesia untuk mendapatkan salah satu jet tempurnya.

Mengacu dari informasi diatas jelas nalar akan pembelian jet tempur F-35 buatan Amerika oleh Indonesia merupakan hal yang sangat mustahil direalisasikan dan mubazir tentunya. 

Dan mohon maaf bukan bermaksud meremehkan, untuk urusan jet tempur ini Amerika sangat pilih-pilih negara mana untuk menjualnya dan Penulis kira Indonesia tidak masuk daftar list tersebut. 

Pesawat tempur yang dikembangkan dan diproduksi oleh industri kedirgantaraan Lockheed Martin serta BAE Systems dan Northrop Grumman ini merupakan jet tempur canggih dimana memiliki sederet kelebihan diantaranya teknologi siluman dan sistem persenjataan yang lengkap baik udara-darat maupun udara-udara. 

Jet tempur yang diperkirakan mencapai harga Rp.1,3 triliun ini kiranya bukan maksud dari tujuan Amerika mengundang Prabowo dikarenakan Indonesia telah lebih dahulu terikat komitmen dengan Rusia untuk membeli 11 pesawat Sukhoi Su-35 senilai Rp.16 triliun sebagai tambahan armada tempur guna mengamankan perbatasan wilayah Indonesia.

Bisa jadi obrolan antara Amerika dan Prabowo masih menyangkut alusista dikarenakan Indonesia memiliki beberapa buah F-16 yang merupakan hibahan mereka. Tidak menutup kemungkinan, Amerika menawarkan opsi alusista ataupun bentuk kerjasama lainnya terkait bidang pertahanan kepada Indonesia.

Dibalik undangan Amerika kepada Menhan Prabowo, dugaan lain alasan mengapa Amerika "butuh" Indonesia ialah dikarenakan Indonesia menjadi bagian dari strategi AS dalam menghadapi Cina.

Kita tahu semenjak Prabowo diangkat menjadi Menhan tercatat ada dua peristiwa yang begitu disorot yaitu prihal kapal ikan Cina pada Januari 2020 dan kapal Coast Guard Cina pada September 2020 yang masuk wilayah perairan Natuna, Indonesia. Sikap Prabowo yang "cool" menghadapi Cina bisa jadi angin segar bagi Amerika bahwa setidaknya Indonesia belum takluk dan menjalin hubungan lebih mesra lagi kepada Cina.

Klaim Cina atas wilayah Laut Cina Selatan jelas bukan hanya jadi persoalan negara-negara di sekitarnya, tetapi juga mempengaruhi stabilitas keamanan negara-negara penting bagi Amerika dan sekutunya, semisal Jepang, Singapura, Malaysia, Philipina, dan Australia. 

Penguasaan terhadap teritorial wilayah juga punya maksud lain yaitu menyangkut bidang ekonomi, dimana negara adikuasa memiliki kendali akan ekonomi negara tersebut serta menyetir kemana arah kekuasaan. Apalagi Amerika mendekati proses pemilihan Presiden pada bulan November nanti maka tentu perlu adanya skema untuk memastikan segala sesuatu hal yang menyangkut Indonesia tetap pada jalurnya.

Diantara persoalan alusista dan sengketa Laut Cina Selatan, dugaan Amerika mengundang Prabowo ialah bargaining politik yang memungkinkan langkah mulus Prabowo dalam Pilpres 2024 mendatang.

Memang masih dugaan dan juga momen tersebut masih jauh, tetapi ancang-ancang diperlukan untuk memastikan kepentingan Amerika terhadap Indonesia sesuai track-nya. 

Papan permainan catur sudah dibentang dan Amerika sedang mempersiapkan pion-nya guna menghadang gerak lawan yaitu Rusia dan Cina. Walaupun hal diatas tentu akan bertentangan dengan sikap politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif serta gestur Prabowo yang kerap meneriakkan anti asing dan aseng.

Kita tunggu saja bagaimana hasil kunjungan pertemuan tersebut. Jika benar dalam lingkup yang diprasangkakan, Indonesia memiliki opsi tawar menawar yang tinggi dan sangat menguntungkan, bukan malah ditindas seperti sekarang.

Demikian artikel Penulis. Mohon maaf bilamana ada kekurangan dikarenakan kekurangan milik Penulis pribadi. Terima kasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun