Dibalik undangan Amerika kepada Menhan Prabowo, dugaan lain alasan mengapa Amerika "butuh" Indonesia ialah dikarenakan Indonesia menjadi bagian dari strategi AS dalam menghadapi Cina.
Kita tahu semenjak Prabowo diangkat menjadi Menhan tercatat ada dua peristiwa yang begitu disorot yaitu prihal kapal ikan Cina pada Januari 2020 dan kapal Coast Guard Cina pada September 2020 yang masuk wilayah perairan Natuna, Indonesia. Sikap Prabowo yang "cool" menghadapi Cina bisa jadi angin segar bagi Amerika bahwa setidaknya Indonesia belum takluk dan menjalin hubungan lebih mesra lagi kepada Cina.
Klaim Cina atas wilayah Laut Cina Selatan jelas bukan hanya jadi persoalan negara-negara di sekitarnya, tetapi juga mempengaruhi stabilitas keamanan negara-negara penting bagi Amerika dan sekutunya, semisal Jepang, Singapura, Malaysia, Philipina, dan Australia.Â
Penguasaan terhadap teritorial wilayah juga punya maksud lain yaitu menyangkut bidang ekonomi, dimana negara adikuasa memiliki kendali akan ekonomi negara tersebut serta menyetir kemana arah kekuasaan. Apalagi Amerika mendekati proses pemilihan Presiden pada bulan November nanti maka tentu perlu adanya skema untuk memastikan segala sesuatu hal yang menyangkut Indonesia tetap pada jalurnya.
Diantara persoalan alusista dan sengketa Laut Cina Selatan, dugaan Amerika mengundang Prabowo ialah bargaining politik yang memungkinkan langkah mulus Prabowo dalam Pilpres 2024 mendatang.
Memang masih dugaan dan juga momen tersebut masih jauh, tetapi ancang-ancang diperlukan untuk memastikan kepentingan Amerika terhadap Indonesia sesuai track-nya.Â
Papan permainan catur sudah dibentang dan Amerika sedang mempersiapkan pion-nya guna menghadang gerak lawan yaitu Rusia dan Cina. Walaupun hal diatas tentu akan bertentangan dengan sikap politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif serta gestur Prabowo yang kerap meneriakkan anti asing dan aseng.
Kita tunggu saja bagaimana hasil kunjungan pertemuan tersebut. Jika benar dalam lingkup yang diprasangkakan, Indonesia memiliki opsi tawar menawar yang tinggi dan sangat menguntungkan, bukan malah ditindas seperti sekarang.
Demikian artikel Penulis. Mohon maaf bilamana ada kekurangan dikarenakan kekurangan milik Penulis pribadi. Terima kasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H