Mohon tunggu...
Sang
Sang Mohon Tunggu... -

www.sanggulmu.wordpress.com sangtraveler@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Perempuan yang Terobsesi pada Kasihnya

31 Desember 2015   03:56 Diperbarui: 12 Januari 2016   10:10 354
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Sumber ilustrasi: gulalives.com"][/caption]

“Aku lebih baik mati dipukuli daripada kehilangan dia”

“Jadi orang tuh jangan bodoh! Ngapain cinta sama laki-laki yang bisanya cuma nyakitin kamu?!”

Nggak usah komentar sampai kamu ngerasain cinta mati!”

“Yakin cinta? Apa obsesi?!”

“Yesus mati dirajam, disalib, menurut kamu cinta apa obsesi?”

Hm.

Kalau sudah bicara cinta, Tina dan aku bagai cupid dan zombie. Tak peduli berapa sering hancur lebur hidupnya sebab urusan hati, tak pernah Tina pantang jatuh hati. Selalu ada persediaan panah-panah asmara yang berhasil tertancap kembali di hatinya yang berdarah-darah. Beda sama aku. Lelaki yang tak memberi keuntungan apa-apa, sudah pasti tak kinclong di mataku, boro-boro buat dicintai. Rugi amat! Apalagi kalau orang itu sampai bikin kumenderita? Hm. Mendekatpun tak perlu. Tapi Tina?!

Aaaaahhhhh!!!” Teriakan gadis berusia lima tahun itu menghentikan lamunanku. Apa lagi ini, sesahku. Dengan malas kumenoleh. Anak itu jatuh, lututnya berdarah. Dasar bocah ceroboh. Lalu kuhampiri sambil kubawakan kotak P3K yang barusan diambilkan seorang pelayan kebaktian. Cepat-cepat kubersihkan lukanya dengan kapas dan alkohol. Dia meringis tapi tak protes. Lalu kububuhi obat merah, kuplester dengan tempelen mungil bergambar kartun tikus. Dia tersenyum. Kata orang-orang senyumnya manis. Bagiku itu tak penting. Aku malah mengomel seharusnya dia hati-hati. Ini benar-benar buang waktuku. Masih lagi harus kubersihkan noda darah berbentuk awan sedikit menodai gaun putihnya yang berpita sama warna.

“Makanya kalau dibilangin tuh didengar! Jadi kotor bajunya, kan!” kataku keras bagai militer mengomando bawahan.

“Iya. Makasih Ira,” dia mengangguk, melengos sok-sok ngambek lalu lari-lari sambil mengibas roknya. Kembali dia bermain dengan para sebayanya sebelum pentas Natal dimulai. Perayaan hari kelahiran Sang Juru Kasih memang belum tiba, tapi seperti tahun-tahun sebelumnya perayaan kadang dilakukan jauh-jauh dari hari H.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun