Mohon tunggu...
Sang Shafa
Sang Shafa Mohon Tunggu... -

Just another kompasiana user.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[Bukan] Cinderella

21 Oktober 2015   14:32 Diperbarui: 21 Oktober 2015   14:47 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Gambar tidak berkaitan dengan cerita"][/caption]Terkadang cinta tak menemukan bahasa untuk mendeskripsikan sejauh mana rasa itu mulai hadir dan mengisi relung-relung hati, tapi dia selalu menemukan jalan bagi dua hati yang saling bertaut. Demikian pula takdir dimana pertemuan dan perpisahan merupakan bagian darinya, telah merangkai jejak-jejak cerita yang sebenarnya tidak boleh untuk dilalui. Tetapi takdir tidak untuk dipersalahkan, saat rasa ketertarikan satu sama lain menggumpal dan menjelma menjadi cinta, seharusnya kitalah yang mampu mengendalikannya, agar tidak tersesat lebih jauh kepada kenistaan.

=====

Terpaku, masih tak beranjak dari tempatnya duduk. Sudah sejak berjam-jam yang lalu Yazid duduk terpaku didepan layar 21 inch serta seperangkat Komputer miliknya. “Kita ini Apa? Dan sedang apa?” Pertanyaan yang selalu menggantung dipikianrnya, sejak mengenal Keyla perempuan manis berlesung pipit yang baru saja menjadi manager bandnya menggantikan managernya yang lama.

“Semacam tak memiliki, namun takut kehilangan. Semacam tak ada status, namun merasakan kecemburuan. Arrgghhh…. Ya Robbi, jangan biarkan aku berkholwat lebih jauh, kami bukan sepasang anak bau kencur yang sedang memadu kasih." Jeritan Yazid yang tak mampu terucap, hanya terpendam dihati, dan mengambang dipikir.

Sesekali Dia menghela nafasnya, panjang. Semacam ada rasa lelah atau mungkin gundah yang coba Dia uraikan, menengahi kesunyian yang kian terasa menyakitkan. Pandangannya lurus menatap jalan dibalik jendela, langit yang penuh dengan gumpalan awan seakan memberi salam perpisahan pada mentari yang mulai tak terasa lagi rona merahnya, senja yang hangat segera berganti malam. Terasa seperti senja menyakitkan yang sama sekali tak pernah terbayang dipikirnya, mengusik sisi lain hatinya yang rentan akan sayatan.

Sesungguhnya sulit bagi Yazid mendefinisikan bagaimana ini semua berwujud, mengganggu paginya yang biasanya terlihat kaku, semuanya seperti jelaga kecil yang telah membekas dan memberi tanda hitam dihatinya, yang telah menodai sucinya kata cinta, namun enggan untuk dihapusnya. Jika waktu sanggup diputar kembali, tentunya Yazid akan lebih memilih semua berjalan normal, menguntai seperti kisah cinta pada cerita-cerita picisan. Karena yang Dia tahu, mencintai tak semenyakitkan itu.

“Bergegaslah tidur, jaga kesehatanmu, jangan terlalu banyak begadang.” Dering Blackberry Messenger membuyarkan lamunan Yazid, pesan yang ternyata berasal dari wanita yang sejak tadi berada dalam lamunannya. Yazid tak mampu menyangkal lagi, ada sesuatu yang bergerak lebih dari biasanya, bekerja berkali-kali lipat dari biasanya, sesuatu yang membuat dadanya terasa sesak karena sulit terkendali, ada efek lain saat Dia mengingat Wanita itu, Bahagia.

“Iya, sebentar lagi. Aku sedang mastering lagu distudio, setelah ini langsung tidur!” Entah benar atau tidak jawabnya ini, karena saat berada di studio musiknya Yazid seringkali lupa waktu.

=====

Malam ini sama seperti malam-malam sebelumnya, hujan yang turun sejak sore tadi belum menunjukan tanda-tanda akan segera berhenti. Secangkir Capucino panas menjadi teman setia Yazid menghabiskan malam, pandangnya menerawang jauh keatas memperhatikan gemericik rinai hujan yang tak juga berhenti.

“Hei hujan… meski Aku selalu suka denganmu, tetapi tidak ketika Kau datang berbarengan dengan malam. Segeralah reda, karena aku penikmat benda kecil penghuni malam, Aku menunggu bintang.”

“Malam ini akan kulantunkan sebuah melodi, melodi yang telah mengalun lembut bersama untaian-untaian cerita tentang kita. Tentang aku, kamu, dan bintang, tentang ribuan detik yang telah kita lewati bersama.”

Ingatan Yazid kembali terusik akan kehadiran Keyla yang perlahan masuk kedalam dunianya, dunia yang sama sekali tak ingin dia bagi dengan siapapun, yang membuat hatinya terasa sakit, sakit yang aneh. Ada sesuatu bergerak lebih dari biasanya, didalam dadanya. Ada rasa senang yang teramat sangat, memberikan efek lain yang sedikit menyiksa, sesak karena sulit terkendali. Sakit yang sulit didefinisikan bagaimana ia berwujud, mengganggu harinya yang seharusnya ceria.

“Aku baru saja mengenalnya, tapi ini seperti sesak yang menahun. Hentikan, harus segera dihentikan. Aku tak ingin bayangnya mengganggu malamku yang biasanya tak sekacau ini. Berdegup demikian berdegup, sesak seperti ada yang mengganjal dihatiku. Tuhan terlalu naifkah jika ini kunamakan rindu?!”

“Segera harus kuakhiri ini semua, Dia harus tahu apa yang sedang Aku rasakan!”

Yazid menghela nafas panjang kemudian meneguk sisa capucino dengan sekali tegukan, malam yang sempurna.

=====

Matahari mulai keluar dari peraduan, beranjak naik meninggalkan sisa-sisa gelap semalam, bau tanah basah sisa hujan semalam menjadi pelengkap keindahan pagi. Sepagi itu pula Yazid sudah terlihat berlari-lari kecil dihalaman depan rumahnya melepas peluh keringat yang tersimpan diantara pori-pori kulit, meregangkan otot-otot yang tegang setelah semalaman suntuk bergaul dengan studio.

Hari ini rencana telah disiapkan Yazid, bertemu dengan Keyla kemudian mengungkapkan semua isi hatinya. Yazid mengakhiri sesi olahraganya pagi ini berbarengan dengan terik matahari yang mulai meninggi. Lalu bersiap untuk menemui pujaan hati.

Deretan kursi di salah satu café yang cukup ternama itu masih terlihat kosong, hanya beberapa pramusaji terlihat berlalu lalang, belum terlalu ramai pengunjung rupanya. Sementara itu disudut sana, pojok kiri dekat meja kasir, terlihat Yazid duduk sendiri, seperti sedang menunggu seseorang.

"Ah… sepertinya Dia tidak datang. Apa sebaiknya aku pulang..." Berkali-kali Yazid menengok arloji dipergelangan tangannya, lalu sesekali melihat kearah layar handphonenya. Hingga 20 menit kemudian, sosok yang ditung-tunggu akhirnya datang juga. Yazid tak sanggup memandangnya, wajah ayu, rambut lurus dengan aura yang berpendar dari sorot matanya, Dia wanita muda yang sempurna. Perempuan tinggi semampai itu bergerak mendekat kearah meja dimana Yazid duduk menunggu.

“Maaf lama menunggu, tadi ada insiden kecil di jalan, sudah lama menunggu?” Keyla menggeser kursi, lalu duduk bersebelahan dengan Yazid.

“Iya ngga apa-apa, baru 10 menitan kok.” Yazid terlihat sedikit salah tingkah.
Lantunan lagu romantis dari band latar mengalun merdu, menambah suasana semakin syahdu.

“Oh iya, gimana masteringnya semalam?” Keyla memulai topic pembicaraan.

“Hmmm… aku agak kurang suka sama bit drumnya, nanti biar di take ulang aja!”
Entah berapa lama mereka larut dalam percakapan basa-basi itu, sepertinya semua yang direncanakan Yazid berantakan, tak satu patah katapun yang telah direncanakannya terucap dari bibirnya. Hingga akhirnya Dia mencoba memberanikan diri.

“Keyla… sebenarnya maksud aku ngajak kamu ketemuan disini, aku mau menyampaikan sesuatu!” dengan intonasi suara yang sedikit ragu, akhirnya Yazid memulainya.

“Oh ya… Apa? Tentang album kalian ya?” Keyla sedikit penasaran

“Bukan… Bukan…”

“Hmmm…. Anu….”

“Hah… Emang kenapa anumu?” Keyla coba melontarkan jokes yang sama sekali tidak lucu

“Ah.. kamu ini… bukan itu…” Yazid sedikit mengubah posisi duduknya, mengumpulkan keberanian yang tersisa.

“Hmmm… Keyla… Usiaku semakin bertambah, Aku rasa Aku sudah berada dalam tingkat kedewasaan yang cukup.”

“Lalu?” Keyla semakin penasaran.

“Usiaku, sudah cukup untuk menikah. Maukah kamu menikah denganku? Akhirnya kata itu terlontar dari mulut Yazid, membuat hatinya terasa lega telah mengeluarkan sesuatu yang mengganjal dihatinya.

Keyla menarik nafas panjang, melenguh lembut kemudian menjawab “Sebelum aku jawab pertanyaan itu Yazid. Bolehkah aku menceritakan sesuatu, hal yang tidak pernah aku ungkapkan kepadamu, juga teman-teman yang lain.”

“Apa itu Keyla?” Dahi Yazid berkerut, wajahnya terlihat kebingungan.
Lalu Keyla mengeluarkan dompet dari dalam tasnya, tas kulit bermerk ternama. Diambilnya selembar photo, photo seorang laki-laki tampan berwajah khas Pria Asia tenggara, kulitnya putih mulus, dengan jambang yang panjang, bersama seorang anak perempuan yang usianya berkisar antara 8 sampai 9 tahun.

“Oh… Tuhan… maafkan aku, rupanya dia sudah berkeluarga.” Pekik lirih Yazid didalam hati

“Anak perempuan ini anakku!” Keyla coba memberi penjelasan

“Ohh… aku sudah duga saat kamu menunjukan photo itu tadi. Maafkan aku, sungguh aku tidak tahu kamu sudah berkeluarga.” Dengan hati hancur Yazid menyampaikan permohonan maafnya, ternyata perempuan yang telah membuatnya jatuh hati itu sudah berkelurga.

“Dengarkan aku dulu Yazid… Betul aku sudah berkeluarga, tapi aku sudah bercerai!”
Arghhh…. Hati Yazid seolah berteriak “Horeeee…”, berbunga-bunga sekali, sepertinya masih ada peluang.

“Oh gitu… maaf, aku salah duga. Lalu Pria itu mantan suamimu? Tampan ya!” Wajah Yazid kembali sumringah.

“Bukan… Dia bukan Suamiku…” 

“Hah… Lalu? Pacarmukah?” Kali ini Keyla berhasil mengaduk-aduk perasaan Yazid

“Tidak juga”

“Laki-laki di photo itu….”

“Itu aku setahun yang lalu, sebelum operasi, dan namaku sebenarnya adalah Keny Agus Lamtoro, biasa dipanggil Keyla!”

“Hah… Apa…?” terbelalak mata Yazid, seolah hendak melepaskan diri dari pelupuknya, menggigil badannya bukan karena kedinginan, Yazid menarik kursi tempatnya duduk, kemudian mengambil langkah seribu.

“Yaziiiddd…. Kamu mau kemana? Aku belum jawab pertanyaan kamu!” Keyla terkaget-kaget melihat Yazid yang lari tunggang langgang, Yazid pun tak menghiraukan lagi perkataan Keyla, sambil terus lari sekencang-kencangnya.

“Yaaziiidd… iiiiihhhh… sebel… sebel… sebel….”

=====

Ternyata Keyla Seorang Kapiten Juga, mempunyai pedang pajang... Kalau berjalan prok... prok... prok...

Titik Dua Huruf D.

 

(Gambar tidak berkaitan dengan cerita, itu promosi aja buku saya dan teman-teman, sudah bisa didapatkan di Gramedia dan Gunung Agung. :D)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun