Daripada mendapat berkat yang tidak halal, lebih baik resign!
Ketiga, “Kenapa sih dia selalu tidak tuntas dalam mengerjakan sesuatu?”
Ini juga satu ungkapan dari teman saya itu yang ‘sok tahu’ tentang saya.
Seakan-akan, segala pekerjaan yang dia kerjakan tuntas semuanya.
Saya tak perlu menjelaskan pada dia apa saja prestasi yang sudah saya capai, apa saja pekerjaan gemilang yang sudah saya gapai.
Karena toh, saya tak pernah minta bantuan dia, dan juga terlebih lagi, dia tidak pernah memberikan sumbangsih dalam bentuk dana sekalipun. Doa? Saya juga ragukan kalau dia mendoakan saya.
Keempat dan terakhir, “Kenapa sih dia lambat memutuskan (untuk menikah)? Apa sih yang dipikirkan lagi?”
Saya menganut prinsip, menikah sampai maut memisahkan adalah harga mati. Mungkin itulah sebabnya kenapa beberapa orang terlambat menikah, karena mencari pasangan yang sepadan menurut ‘ukuran mereka’, namun akhirnya menikah dengan yang tidak seiman.
Saya tidak menyalahkan mereka yang menempuh cara itu. Mengenai hal itu, itulah pilihan mereka.
Saya merasa tidak punya kepentingan untuk menghakimi mereka-mereka tentang pilihan mereka untuk menikah dengan yang tidak seiman dan juga pindah agama.
Saya kira Paijo, teman saya itu, dulu juga tahu susahnya mencari pasangan hidup.