Setelah permainan berakhir. Alif masih menunggu kegiatan selanjutnya dari kakak-kakak yang mengasyikkan ini. Sebuah rangkaian Kegiatan "trauma healing" dari komunitas SIGI (Sahabat Indoensia berbagi) dan Obat Manjur (Orang Hebat Main Jujur). Detik berganti menit. Ternyata kegiatan telah usai.Â
Ia mulai khawatir bilamana kesedihan kembali menerpa dirinya. Begitu pun dengan tiga belas keluarga arang yang telah kehilangan rumah. Ti-ga be-las. Tiga belas keluarga di jalan Andi Tonro kini bernaung di bawah langit dan berdindingkan kesedihan. Sambil membawa stiker berwarna merah dan putih bertuliskan "aku anak jujur", Ia menghampiri lelaki yang mengajaknya bermain kwuartek tadi. Ia bertanya dengan suara datar,
"Kak Fadil dan kakak-kakak yang lain kerja dimana? kok tidak pakai seragam kantor". Belum sempat dijawab, ia bertanya lagi. "apakah kakak dan lainnya akan berkunjung setiap hari?"
Setelah kak Fadil menjawab dan menjelasankan. Alif seperti mendapat jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang sering berkutat dikepalanya: mengapa Tuhan menghadirkan ia kedunia ruang kumuh ini. Tuhan pun menghadirkan api yang melahap rumah kumuh keluarganya. Alif kini mengetahui bahwa kakak-kakak yang datang adalah sebuah komunitas. Terdiri dari pelbagai macam profesi.Â
Kak Fadil pun yang seorang pengacara, memiliki jiwa sosial dan sikap integritas untuk melawan korupsi, ternyata dahulu bernasib tak jauh lebih buruk dari Alif saat ini. Adalah nilai-nilai kejujuran, kerja keras dan rajin belajar harus Alif tanamkan. sejauh mana mempersiapkan diri untuk masa depan.
"Tuhan, apakah pertemuan singkat ini dengan mereka adalah permulaan dari Takdir baru yang aku selalu ucapkan dalam setiap doa? Haruskah Engkau bakar dulu rumahku agar mereka datang" ucapnya kepada langit. (12/09/2018)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H