[caption caption="cahaya matahari penuh, satu cahaya didunia"][/caption]
Sebening cahaya embun pagi
memantul mempesona
berkelip bak satu cahaya yang berpendar
nun jauh disana 99 cahaya masih ada
Â
satu cahaya yang berndar
kita nikmati bersama
semenjak Adam As yang kuyakini nabi pertama
sampai manusia terakhir kiamat kala
satu cahaya berpendar selalu menyibukkan mata
Â
berpuluh-puluh kaun dan kampung binasa
tak sedikit saudara seayah seibut buta
anak, pasangan, ayah, ibu dan mertua
terpukau oleh pendar satu cahaya semu dunia fana
Â
bergenerasi permusuhan itu berwarikan
berbangsa dan bersuku bahkan negara
saling menyerang, menjajah dan menghisap
untuk memperebutkan satu cahaya berpendar diantara kita
Â
setelah kuusap tangan
membersihkan cermin muka
telinga dan tak lupa kepala berusap
telapak kaki jangan ditinggal begitu saja
berlumpur bak petani, bersepatu bak presiden
tetap kaki basulah jua
Â
ketika takbir menggema dari dalam diri
sang hamba sampai salam ia bahagia
Â
Setelah do'a bergelayut dalam lidah bertasbih
seluruh anggota tubuh bergerak lincah bertahmid
menjemput karunia satu cahaya berpendar
Â
dalam gerak kehidupan sesaat ini
hanya teramat sedikit pendar satu cahaya
itupun sekejap penunjuk jalan
untuk kembali selama-lamanya
Â
berharap dalam sujud di 99 cahaya
pulang sebagai sang hambaMu
dalam tahlil yang menggema
Â
2 Februari 2016 M
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H