Kesemua hal ini menunjukkan kompleksitas fungsi musik di masa lalu. Entah posisi musik di masa lalu itu lebih mendapat porsi negatif atau positif, namun dapat kita ketemukan beberapa kategori penggunaan musik di masa lalu. Secara sederhana musik yang tercermin dalam relief Borobudur digunakan sebagai: 1) Hiburan., 2) Gambaran ekspresi suka-cita sebuah adegan., 3) Ubarampe (perlengkapan) penyerta per-sembahyang-an., 4) Lantunan keindahan surgawi., dan 5) Salah satu wujud pesona keindrawian penggoda manusia. Memang berkaitan dengan fungsi sosio-musikal di masa lalu ini perlu diteliti lebih rinci dan serius. Setidaknya gambaran singkat dan dangkal ini dapat menjadi gambaran sederhana fungsi dan keberadaan musik di setiap lapis kehidupan masyarakat masa lalu.
Di samping banyak sekali kesamaan instrumen musik dunia yang tergambar di relief candi Borobudur, seperti pendapat Dwi Cahyono yang mengatakan adanya kesamaan Waditra (bentuk instrumen musik) di Asia. Paradigma ini mungkin dapat digunakan sebagai langkah eksplorasi jalur penyebaran musik dunia selayaknya penelusuran jalur rempah nusantara. Dengan begitu sangat memungkinkan candi Borobudur sebagai pusat musik dunia (Borobudur pusat musik dunia).Â
Seperti halnya tanya saya yang masih mengambang dan menggantung mengenai  "mengapa alat musik itu tergatung di pohon?" Mungkin sama halnya musik yang kini masih dipandang kafir tanpa ada narasi religius yang berhasil digaungkan di masyarakat. Musik seolah masih menggantung keberadaan religiusitasnya. Dan masih minim pula perhatian kelindan musik masa lalu sebagai pengetahuan khazanah budaya, terutama melalui terkaan yang terpahat di relief candi Borobudur. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H