Mohon tunggu...
Frengki Nur Fariya Pratama
Frengki Nur Fariya Pratama Mohon Tunggu... Ilmuwan - Pecinta naskah Jawa di Sradhha Institute, berdikusi sastra di Komunitas Langit Malam.

Menjadi Insan yang mampu berkontribusi terhadap negara dan masyarakat adalah ideologis manusia yang menghamba kepada Sang Khaliq

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Alat Musik yang Menggantung di Pohon: Menerka Fungsi Musik di Relief Borobudur

16 Mei 2021   12:14 Diperbarui: 16 Mei 2021   12:25 711
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Relief 10 Panel 51 hal 318 buku Anandajoti Bhikkhu (Jataka)/Koleksi pribadi

Relief 14 Panel 95 hal 112 buku Anandajoti Bhikkhu (Lalitavistara/Koleksi pribadi)
Relief 14 Panel 95 hal 112 buku Anandajoti Bhikkhu (Lalitavistara/Koleksi pribadi)
Kesemua hal ini menunjukkan kompleksitas fungsi musik di masa lalu. Entah posisi musik di masa lalu itu lebih mendapat porsi negatif atau positif, namun dapat kita ketemukan beberapa kategori penggunaan musik di masa lalu. Secara sederhana musik yang tercermin dalam relief Borobudur digunakan sebagai: 1) Hiburan., 2) Gambaran ekspresi suka-cita sebuah adegan., 3) Ubarampe (perlengkapan) penyerta per-sembahyang-an., 4) Lantunan keindahan surgawi., dan 5) Salah satu wujud pesona keindrawian penggoda manusia. Memang berkaitan dengan fungsi sosio-musikal di masa lalu ini perlu diteliti lebih rinci dan serius. Setidaknya gambaran singkat dan dangkal ini dapat menjadi gambaran sederhana fungsi dan keberadaan musik di setiap lapis kehidupan masyarakat masa lalu.

Di samping banyak sekali kesamaan instrumen musik dunia yang tergambar di relief candi Borobudur, seperti pendapat Dwi Cahyono yang mengatakan adanya kesamaan Waditra (bentuk instrumen musik) di Asia. Paradigma ini mungkin dapat digunakan sebagai langkah eksplorasi jalur penyebaran musik dunia selayaknya penelusuran jalur rempah nusantara. Dengan begitu sangat memungkinkan candi Borobudur sebagai pusat musik dunia (Borobudur pusat musik dunia). 

Seperti halnya tanya saya yang masih mengambang dan menggantung mengenai  "mengapa alat musik itu tergatung di pohon?" Mungkin sama halnya musik yang kini masih dipandang kafir tanpa ada narasi religius yang berhasil digaungkan di masyarakat. Musik seolah masih menggantung keberadaan religiusitasnya. Dan masih minim pula perhatian kelindan musik masa lalu sebagai pengetahuan khazanah budaya, terutama melalui terkaan yang terpahat di relief candi Borobudur.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun