Tiga hari kemudian, dokumen siswa yang berhasil terkumpul belum ada separuh dari jumlah peserta ujian yang telah di data. Banyak siswa yang tidak memiliki paspor dan akta kelahiran.
“Bagaimana ini pak ? aduh Tuhan Allah sertai Hambamu ini.” Ibu Bibi sembari mengelus dada.
Memang dokumen menjadi sesuatu yang sulit mereka dapat karena banyak anak TKI yang lahir di Sabah. Boro-boro anak, orang tua mereka pun banyak yang tidak memiliki dokumen selama berada di Sabah.
“Begini Ibu, coba saya komunikasikan terlebih dahulu ke pihak Konsul dan kita minta tolonglah bagaimana jalan keluar bagi anak-anak ini. Begitu ya bu tak usah risaulah”. Sahut pak Basuki dengan logat Melayunya menyamarkan kepanikan.
“Iya Bapak. Mereka, anak-anak Indonesia yang ada disini. Kasihan mereka Bapak”. Bu Bibi sambil memelas.
Ibu Bibi merupakan Guru yang diberikan amanah menjadi Pengelola CLC. Beliau merupakan salah satu pelopor berdirinya tempat pendidikan bagi anak-anak TKI yang banyak tersebar di Sabah ini. Ibu Bibi dan rekan-rekan Guru yang lain sangat getolmendirikan tempat belajar siswa ini. Segala rintangan terus mereka terjang demi terwujudnya tempat belajar yang nyaman bagi anak-anak TKI ini. Mulai dari bertutupkan terpal sampai bertutupkan Zenk ibu Bibi dan rekan-rekan Guru yang lain terus berusaha mengembang sekolah yang mereka rintis. Tak heran ibu Bibi sangat kasihan melihat siswanya yang merupakan anak Indonesia ini mendapatkan kesulitan.
Setelah Pak Basuki menanyakan solusi tentang dokumen bagi Siswa yang belum memiliki, ternyata Pihak KJRI Kota Kinabalu pun mengadakan kegiatan untuk mensosialisasikan betapa pentingnya dokumen. Berketepatan dengan hal ini KJRI mengadakan pembuatan akta kelahiran bagi para anak TKI yang belum memiliki akta kelahiran untuk dijadikan dasar bukti bahwa mereka adalah Warga Indonesia yang merantau ke Malaysia untuk mencari sesuap nasi bagi keluarganya.
“Ibu ini sudah ada jawaban dari pihak KJRI. Katanya Dua Minggu lagi akan diadakan pendataan dan pembuatan akta bagi mereka jadi kita harus mendatangkan murid-murid sebelum mereka datang kemari dan menyiapkan blangko bagi mereka untuk diisi.” Kata Pak Basuki mendatangi meja tempat duduk Bu Bibi.
“Syukurlah bapak, Sabtu inilah kita kumpulkan para orag tua murid untuk segera kita data. Bapak siapkan surat undangan bagi mereka ya?” sahut ibu Bibi.
“Iya Ibu! Tapi sekaliyan kita panggil seluruh orang tua siswa dari SD sampai SMP agar nantinya kita tidak kesulitan lagi bu!”. Pak Basuki menjawab.
“Iyalah kumpulkan saja, bapak. Itung-itung kita juga mambantu mereka.” Sahut ibu Bibi kembali.