Mohon tunggu...
Ma Sang Ji
Ma Sang Ji Mohon Tunggu... lainnya -

dikenal sebagai Siluman Feminin ~ pengarah umum klub A Sia Na » http://asianaclub.wordpress.com ~ redaktur majalah Sanggar Jiwa » http://masangji.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Bicaralah dengan Bahasa Hati, Tuan!*

12 Juni 2011   06:42 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:35 751
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Sungguh, akulah Tuanmu. Cahayakulah yang menerangi jagat layar Citizen Journalism (CJ), ‘Number One in the World’!" Sosok yang mengaku Tuanku, mendayu tanpa ragu.

Selanjutnya ia bertutur dengan bahasa matematika ala pemain catur. Ungkapnya, Kompasiana telah men-‘skak mat’ empat jawara CJ internasional dari Kanada, Korea, Thailand, dan Singapura.

Alexa Traffic Rank 3 month 7 day kompasiana.com 3,930 3,477 nowpublic.com 6,614 5,798 ohmynews.com 6,869 13,368 oknation.net 8,432 8,452 stomp.com.sg 12,033 13,015

Tunggu! Deretan abjad dan angka apakah ini? Aku tak mengerti. Apakah jajaran karakter ini password untuk membuka pintu surga siluman, bersatu dengan tuan sejati?

Ingin lidahku julurkan tanya. Tapi, lebih dulu telingaku mencerap gemuruh bangga hamba-hamba Kompasiana, “Horeee... Indonesia juara dunia!”

BICARALAH DENGAN BAHASA HATI, TUAN!” teriak kalbuku dalam sorak gempita mereka.

Berhamburan desah nafas keluar dari dada melalui sela bibir mungilku yang merah dan basah. Sayang semilyar sayang, teriakan hati tak menembus gendang telinga. Tuan kompasiana asyik mendongeng, sementara para hamba yang mengitarinya terus mengangguk-anggukkan kepala.

Berduyun-duyun para hamba mengerumuni Tuan Kompasiana. Mereka menari-nari. Binar mata mereka menguak tabir nafsu, mengundang rayuan ulang.

Tarian dan sorot mata mereka kian menyulut semangat sang tuan. Ia lancarkan rayuan yang lebih maut. “Saudara-saudaraku sebangsa dan setanah-air, men-‘skak mat’ empat jagoan internasional itu baru langkah awal. Besok aku akan menurunkan hujan duit dari langit di bumi Kompasiana. Siap-siaplah!”

“HOREEE...” Sorak gempita membahana lagi. Kali ini lebih memekak telinga. Mereka berpesta.

KLIK. Di tengah pesta, orang-orang bergegas ke rumah untuk kembali lagi. Mereka genggam peralatan beraneka rupa dengan maksud yang sama: Mengasah taring dan kuku masing-masing.

Walau hujan duit masih esok hari, mereka sudah berjejal hari ini. Mengapa? O, aku ingat. Menurut si Alexa, para hamba Kompasiana ini “disproportionately low-income” (berpenghasilan rendah secara timpang).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun